BERPIKIR ILMIAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd
Oleh:
Rusydah
Binta Qur-aniyah (120210302032)
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“ Berpikir Ilmiah
Dalam Pembelajaran Sejarah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
materi kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bentuk berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis disini menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Suranto, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2.
Teman-teman yang telah memberikan motivasi, dan telah memberikan masukan-masukan
dalam pembuatan makalah ini.
3.
Para penulis yang sumber penulisannya telah kami kutip sebagai bahan
rujukan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan juga membantu pembaca untuk lebih memahami mengenai
materi trategi
Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga
menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.
Jember, 26 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan ciri utama manusia
yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia
mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan
hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah.
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar
berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir
alamiah adalah pola
penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola
dan sarana tertentu secara teratur. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan
langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua
langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan
alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita
lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan
alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah
sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan
antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran
ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada
hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis
yang diajukan.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik
harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu
langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan
masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah
tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi berpikir
kritis (Critical Thinking)?
2.
Bagaimana teori berpikir
kritis (Critical Thinking)?
3.
Apa saja factor yang
mempengaruhi berpikir kritis (Critical Thinking)?
4.
Bagaimana
perkembangan berpikir kritis (Critical Thinking)?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan
dari makalah ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami:
1.
Mengetahui definisi
berpikir
kritis (Critical Thinking).
2.
Mengetahui teori
berpikir
kritis (Critical Thinking).
3.
Mengetahui
kemajuan factor yang mempengaruhi berpikir kritis (Critical Thinking).
4.
Mengetahui perkembangan
berpikir
kritis (Critical Thinking).
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berpikir Ilmiah
Berfikir
ilmiah menurut beberapa ahli diantaranya:
1.
Hillway,1956 : Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris.
Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang
dapat dipertanggung jawabkan.
2.
Urip Santoso : Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan
(berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
3.
Salam (1997:139) : Pengertian berpikir
ilmiah:
-
Proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan/ mendapatkan ilmu.
-
Proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
-
Sarana berpikir ilmiah.
-
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
-
Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah
kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
-
Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya dengan baik.
-
Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
4.
Jujun Suriasumantri : Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang
menggabungkan induksi dan deduksi
5.
Kartono Kartodjirjdo :Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
6.
Eman Sualeman :Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah,yang sudah ada.
7.
Mumuh Mulyana : Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada
logika deduktif dan induktif.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu
pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu
tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga
harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran.
Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang
didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal
itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan
suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam
melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di
lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari
pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari
pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain
akan percaya dengan pekerjaan kita. Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam
melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan
sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai
dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan
suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan
berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu
menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap
pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak
berpendapat yang omong kosong.
Setiap manusia disamping berpikir ilmiah
harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang
baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima
oleh semua orang. Manfaat Berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut.
a. Seseorang
yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu.
b. Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima
orang lain.
c. Dalam
memecahkan masalah tidak dengan emosi
2.2 Ciri-ciri Berpikir Ilmiah
Ciri-ciri Berpikir Ilmiah Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah,
yaitu sebagai berikut:
a.
Harus obyektif : Seorang
ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir
obyektif selalu menggunakan data yang
benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari
sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena
diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya; data
yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak
kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak
mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu
membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar
tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu.
Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau
bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir
ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
b.
Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk
akal : Seorang berpikir ilmiah harus
mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau
peristiwai mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu
selalu mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang
mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang
mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang
menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka
orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir
ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal.
Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir
ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang
sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas
kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka
seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti
itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
c.
Terbuka : Ia
selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi
kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik
berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru
dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya
pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana
pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi
menutup diri.
d.
Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada
kalah dan menang : Seorang yang
berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah.
Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan
dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan
kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh
karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu
mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup.
Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya: a. pendapat atau
tindakannya melalui penelitian; b. pendapatnya sesuai kebenaran; c. terdapat
data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan
atau hanya sekedar pendapat.
2.3 Teori Berpikir Ilmiah
Berfikir Ilmiah atau pendekatan ilmiah diperkenlakan oleh Charles Darwin
dengan menggabungkan aspek-aspek penting dari metode induktif dan deduktif.
Dari teori Malthus tentang Populasi oleh Darwin selanjutnya mempelajari
untuk menjelaskan tentang evolusi setelah menggabungkan data dengan baik.
Darwin berdasarkan pada teori Malthus menarik kesimpulan bahwa datanya mungkin
benar. Dia memformulasikan suatu hipotesis dari kenyataan yang telah dikatehui,
kemudian menyelediki dengan lebih jauh untuk mengetahui apakah hal itu membantu
kehidupan atau membuktikan hal yang
salah dengan adanya tambahan yang jelas. Metode Darwin merupakan contoh
berfikir secara ilmiah yang modern.
Pendekatan ilmiah ini merupakan suatu proses penelitian yang sistematik
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung (interdependen).
Pendekatan ini telah terbukti sebagai metode yang berhasil dalam memahami dunia
kita yang cukup rumit ini dan dalam mengembangkan temuan-temuan baru untuk
memenuhi keinginan manusia.
Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima langkah sebagai berikut:
1.
Perumusan Masalah
Penyidikan ilmiah dimulai dari suatu
masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Persoalan tersebut harus
mempunyai suatu ciri penting dan dirumusan sedemikian rupa sehingga dapat
dijawab dengan pengamatan dan percobaan. Persoalan yang menyangkut pilihan atau
nilai-nilai tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
Kata-kata yang mengandung makna
pertimbangan nilai hendaknya tidak dimasukkan kedalam perumusan masalah. Contoh
pertanyaan “ apakah sistem sekolah
unggulan baik bagi siswa ? tidak dapat diselidiki secara ilmiah tanpa memahami
apa arti baik bagi siswa atau bagaimana
cara mengamatu at atau mengukur “baik” itu . Pertangyaaan seperti, apakah
siswa yang dididik denga sistem sekolah
inggulan akan memperoleh skor
yang lebih tinggi pada tes belajar pada siswa yang diajar dengan sistem
tradisional ? inilah yang dapat diseliodiki secara ilmiah
2.
Pengajuan Hipotesis
Setelah perumusan masalah, hipotesis
dirumuskan sebagai penjelasan sementara tentang masalah itu. Pada tahap ini
peneliti diharuskan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan
berfikir lebih mendalam lagi. Dengan
menggunakan contoh diaatas. Peneliti mungkin meru,uskan hipotesisnya “ siswa
yang m,engajar dengan sistam sekolah unggulan
memperoleh skor tes hasil belajar lebuh tunggi darupada siswa yang
belajar disekolah dengan sisrem tradisional.
3.
Cara berfikir deduktif
Melalui proses berfikir deduktif
implikasi hipotesis yang diajukan dapat ditetapkan yaitu apa yang akan dapat
diamati jika hipotesis tersebut benar. Jika benar bahwa dengan sistim sekolah
unggulan, siswa akan memperoleh skor lebih tinggi dari pada siswa sepadan yang
belajar di sekolah dengan sistem tradisional.
4.
Pengumpulan data dan analisis data
Hipotesis yang diajukan diuji dengan
pengumpulan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui
pengamatan, tes dan eksperimentasi.
Hasil-hasil pengamatan, tes dan eksperimentasi ini, dianalisis dengan
menggunakan metode tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
analisis data ini biasanya dikenal dengan perhitungan-perhitungan statistik.
5.
Penerimaan dan penolakan hipotesis.
Hasil analisis data yang telah
dikumpulkan, ditetapkan apakah penyelidikan memberikan bukti-bukti yang
mendukung hipotesis atau tidak. Dalam pendekatan ilmiah peneliti tidak dituntu
membuktikan hipotesis, tetapi menyimpulkan bahwa bikti-bukti yang diperoleh
mendukung atau tidak hipotesis itu.
2.4 Metode Berpikir Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan
“Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi metode berarti
langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu untuk
mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah
prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan
benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah
ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran
baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari
penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan
mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian
ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode
ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan
teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari
alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu
sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan diangkat dan harus
diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis
yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui
telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang
positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan
model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan
selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena,
tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya
metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan
dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang
serba mudah dan menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai
sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku
tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam
2.5 Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah memiliki
peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan
cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan
metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara
manusia memperoleh pengetahuan:
1. Berpegang pada sesuartu yang
telah ada (metode keteguhan)
2. Merujuk kepada pendapat ahli
3. Berpegang pada intuisi (metode
intuisi)
4. Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia
memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara
yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu.
Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan
ilmu, melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian
ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan
masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah
dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu
manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya
bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari
pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal
dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang
semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan
mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah
dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam
kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat
memudahkan melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah,
“tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama
logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan
indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang
meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada beberapa
hal mendasar, yaitu: 1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur
fakta-fakta aktual. 2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas
senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu. 3. Adanya pengelompokkan fakta
dan data yang signifikan. 4. Adanya uji validitas. 5. Adanya penarikan
kesimpulan yang operasional 6. Adanya fungsi timbal balik antara teori dan
realitas. 7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.
8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra”
ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja
(1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat
diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang
akurat. Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal,
yaitu:
a. Kemana arah yang hendak dituju ?
b. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c. Mampukah melakukan langkah dan
gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan; benarkah telah mulai
bergerak ?
Metode
ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka
berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam
pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada
paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih
membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.
2.6 Prosedur Berpikir Ilmiah
Prosedur berfikir ilimiah modern,
masih selalu tetap menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan
fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi
tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan
dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah.
Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara
empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara
berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur ilmiah mencakup 7
langkah, yaitu:
1. Mengenal adanya suatu situasi yang
tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan
penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam
istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatu metode penyelidikan
yang terkendali dengan jalan pengamatan atau percobaan
5. Mengumpulkan dan mencatat data
kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat
dipertanggung jawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa
yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahan akan menentukan ada
atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah
pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai
masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan
antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya
ada. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:
1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi
wacana publik.
2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah
3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah
2.7 Penerapan Bepikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah
Sesuai
dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran
fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan
keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan
mengomuni-kasikan.
1. Kegiatan mengamati bertujuan agar
pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari
informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai
salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip,
prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa
memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara
kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan
diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok
memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.
3. Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat
untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman peristiwa
sejarah dengan mengumpulkan fakta sejarah, mengembangkan kreatifitas, dan
keterampil. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan
eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber
belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan
ini.
4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan
untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat
klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan
dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan
tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data,
mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi
dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba
dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher
order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
5. Kegiatan mengomunikasikan adalah
sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu
mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi
siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya. Tantangan
baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran
bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga
melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi
dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga
situasi baru yang tak terduga.
BAB 3. SIMPULAN
Berpikir
Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan
dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain.
Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan
menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan
dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan
bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari
solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Metode berpikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik
memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis
yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan
mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Penelitian ilmiah
dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu
manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Prosedur ilmiah
mencakup 7 langkah, yaitu:
1.
Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertentangan
atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2.
Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3.
Merumuskan suatu hipotesis
4.
Merancang suatau metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan
atau percobaan
5.
Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang
mempunyai makna dan kepentingan
6.
Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7.
Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah. Aktivitas
ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yan terus-menerus melakukan research ilmiah
untuk mencapai kebenaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar