Selasa, 16 Desember 2014

Berpikir Ilmiah





BERPIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd




Oleh:

Rusydah Binta Qur-aniyah     (120210302032)







PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Berpikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan materi kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bentuk berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis disini menyampaikan terima kasih kepada:
1.    Dr. Suranto, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan  dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Teman-teman yang telah memberikan motivasi, dan telah memberikan masukan-masukan dalam pembuatan makalah ini.
3.    Para penulis yang sumber penulisannya telah kami kutip sebagai bahan rujukan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan juga membantu pembaca untuk lebih memahami mengenai materi trategi Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.


Jember, 26 Oktober 2014

Penulis






DAFTAR ISI


halaman

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara teratur. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi berpikir kritis (Critical Thinking)?
2.      Bagaimana teori berpikir kritis (Critical Thinking)?
3.      Apa saja factor yang mempengaruhi berpikir kritis (Critical Thinking)?
4.      Bagaimana perkembangan berpikir kritis (Critical Thinking)?

1.3  Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami:
1.      Mengetahui definisi berpikir kritis (Critical Thinking).
2.      Mengetahui teori berpikir kritis (Critical Thinking).
3.      Mengetahui kemajuan factor yang mempengaruhi berpikir kritis (Critical Thinking).
4.      Mengetahui perkembangan berpikir kritis (Critical Thinking).


                                                  






BAB 2. PEMBAHASAN


2.1  Definisi Berpikir Ilmiah

Berfikir ilmiah menurut beberapa ahli diantaranya:
1.      Hillway,1956        : Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
2.      Urip Santoso         : Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
3.      Salam (1997:139)  : Pengertian berpikir ilmiah:
-          Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan/ mendapatkan ilmu. 
-          Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
-          Sarana berpikir ilmiah.
-          Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
-          Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
-          Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
-          Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
4.      Jujun Suriasumantri           : Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi
5.      Kartono Kartodjirjdo        :Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
6.      Eman Sualeman    :Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada.
7.      Mumuh Mulyana   : Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita. Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.
Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang. Manfaat Berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut.
a.       Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu.
b.       Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang lain.
c.       Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi

2.2  Ciri-ciri Berpikir Ilmiah

Ciri-ciri Berpikir Ilmiah Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut:
a.       Harus obyektif :    Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang  benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya; data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
b.      Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal :     Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
c.       Terbuka :   Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
d.      Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang :           Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya: a. pendapat atau tindakannya melalui penelitian; b. pendapatnya sesuai kebenaran; c. terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat.

2.3  Teori Berpikir Ilmiah

Berfikir Ilmiah atau pendekatan ilmiah diperkenlakan oleh Charles Darwin dengan menggabungkan aspek-aspek penting dari metode induktif dan deduktif. Dari teori Malthus tentang Populasi oleh Darwin selanjutnya mempelajari untuk menjelaskan tentang evolusi setelah menggabungkan data dengan baik. Darwin berdasarkan pada teori Malthus menarik kesimpulan bahwa datanya mungkin benar. Dia memformulasikan suatu hipotesis dari kenyataan yang telah dikatehui, kemudian menyelediki dengan lebih jauh untuk mengetahui apakah hal itu membantu kehidupan  atau membuktikan hal yang salah dengan adanya tambahan yang jelas. Metode Darwin merupakan contoh berfikir secara ilmiah yang modern.
Pendekatan ilmiah ini merupakan suatu proses penelitian yang sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung (interdependen). Pendekatan ini telah terbukti sebagai metode yang berhasil dalam memahami dunia kita yang cukup rumit ini dan dalam mengembangkan temuan-temuan baru untuk memenuhi keinginan manusia.
Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima langkah sebagai berikut:
1.      Perumusan Masalah
Penyidikan ilmiah dimulai dari suatu masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Persoalan tersebut harus mempunyai suatu ciri penting dan dirumusan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan. Persoalan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
Kata-kata yang mengandung makna pertimbangan nilai hendaknya tidak dimasukkan kedalam perumusan masalah. Contoh pertanyaan “ apakah  sistem sekolah unggulan baik bagi siswa ? tidak dapat diselidiki secara ilmiah tanpa memahami apa arti baik bagi siswa  atau bagaimana cara mengamatu at atau mengukur “baik” itu . Pertangyaaan seperti, apakah siswa  yang dididik denga  sistem sekolah  inggulan akan  memperoleh skor yang lebih tinggi pada tes belajar pada siswa yang diajar dengan sistem tradisional ? inilah yang dapat diseliodiki secara ilmiah
2.      Pengajuan Hipotesis
Setelah perumusan masalah, hipotesis dirumuskan sebagai penjelasan sementara tentang masalah itu. Pada tahap ini peneliti diharuskan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan berfikir lebih mendalam lagi.  Dengan menggunakan contoh diaatas. Peneliti mungkin meru,uskan hipotesisnya “ siswa yang m,engajar dengan sistam sekolah unggulan    memperoleh skor tes hasil belajar lebuh tunggi darupada siswa yang belajar disekolah dengan sisrem tradisional.
3.      Cara berfikir deduktif
Melalui proses berfikir deduktif implikasi hipotesis yang diajukan dapat ditetapkan yaitu apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut benar. Jika benar bahwa dengan sistim sekolah unggulan, siswa akan memperoleh skor lebih tinggi dari pada siswa sepadan yang belajar di sekolah dengan sistem tradisional.
4.      Pengumpulan data dan analisis data
Hipotesis yang diajukan diuji dengan pengumpulan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui pengamatan, tes dan  eksperimentasi. Hasil-hasil pengamatan, tes dan eksperimentasi ini, dianalisis dengan menggunakan metode tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode analisis data ini biasanya dikenal dengan perhitungan-perhitungan statistik.
5.      Penerimaan dan penolakan hipotesis.
Hasil analisis data yang telah dikumpulkan, ditetapkan apakah penyelidikan memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak. Dalam pendekatan ilmiah peneliti tidak dituntu membuktikan hipotesis, tetapi menyimpulkan bahwa bikti-bukti yang diperoleh mendukung atau tidak hipotesis itu.

2.4  Metode Berpikir Ilmiah

Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai  pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan  pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam

2.5  Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah

Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh  pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
1. Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2. Merujuk kepada pendapat ahli
3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4. Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari  pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan  penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada  beberapa hal mendasar, yaitu: 1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual. 2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu. 3. Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan. 4. Adanya uji validitas. 5. Adanya penarikan kesimpulan yang operasional 6. Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas. 7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji. 8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
a.       Kemana arah yang hendak dituju ?  
b.      Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c.       Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan;  benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka  berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.

2.6  Prosedur Berpikir Ilmiah

Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu tetap menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1.      Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2.      Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3.      Merumuskan suatu hipotesis
4.      Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau  percobaan
5.      Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6.      Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7.      Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:
1.      Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik.
2.      Dapat diganti dengan sikap ilmiah
3.      Dapat ditangani dengan metode ilmiah

2.7  Penerapan Bepikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah

Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomuni-kasikan.
1.      Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
2.      Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.
3.      Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman peristiwa sejarah dengan mengumpulkan fakta sejarah, mengembangkan kreatifitas, dan keterampil. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
4.      Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
5.      Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya. Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang tak terduga.























BAB 3. SIMPULAN


Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Metode berpikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja  penelitian. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertentangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatau metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau  percobaan
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah. Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yan terus-menerus melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran





DAFTAR PUSTAKA








Tidak ada komentar:

Posting Komentar