Kamis, 18 Desember 2014

Imperialisme




IMPERIALISME
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd


Oleh:
Rusydah Binta Qur-aniyah    
120210302032






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


A.    Konsep Dasar Imperialisme

Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli, perdana menteri Inggris, ketika itu menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga suatu "impire" yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat oposisi yang kuat. Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !" dan golongan Disraeli (Joseph Chamberlain, Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau golongan "Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme, mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan oposisinya, kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita kenal sekarang.
Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan menetap dimana saja.
Istilah imperialisme yang diperkenalkan di Perancis pada tahun 1830-an ,imperium Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1830-an, istilah ini diperkenalkan olehpenulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukanoleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris menganggap merekalah yang paling berkuasa (Greater Britain) karena mereka telah banyak menguasai dan menjajah di wilayahAsia dan Afrika.
Mereka menganggap bahwa penjajahan bertujuan untuk membangun masyarakat yang dijajah yang dinilai masih terbelakang dan untuk kebaikan dunia. Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomidan politik negara-negara kaya dan berkuasa , mengawal dan menguasai negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasisumber-sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dankekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh satubangsa atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah menambah hasil ekonomi.
Imperialism berasal dari kata imperium dalam bahasa latin yang berarti memerintah. Kemudian arti itu berubah menjadi “hak emmerintah”. Arti itu pun mengalami perubahan lagi menjadi “daerah dimana kekuasaan memerintah itu dilakukan”. Dengan ini maka imperium selalu dihubungkan dengan kekuasaan dunia. Mula-mula istilah imperium dipakai untuk merebut wilayah kekuasaan Romawi Kuno yang menyebut wilayah kekuasaan yang sangat luas. Usaha tersebut dilakukan dengan merebut atau menganeksasi daerah-daerah baik itu daerah di sekitarnya maupun daerah-daerah, yang sangat jauh, bahkna di sebrang lautan. Setiap usaha atau tindakan untuk menguasai daerah lain (bangsa lain) disebut perbuatan tokoh yang mengemukakan, diantaranya:
a.       T. Parker Moon, imperialisme adalah nafsu suatu bangsa untuk mendapatkan koloni-koloni karena dorongan idealism dan avonturisme.
b.      J.A Habson, imperialism adalah akibat dari system perekonomian yang buruk. Barang yang melimpah di dalam negeri mendorong para produsen untuk mencari daerah pasaran dan menimbulkan imperialisme.
c.       J. Schumpeter adalah suatu kecenderungan dari suatu Negara untuk melakukan ekspansi yang tidak terbatas dengan menggunakan kekerasan.
d.      Ir. Soekarno, imperialism adalah suatu keharusan yang ditentukan oleh tinggi rendahnya ekonomi suatu pergaulan hidup. Imperialisme bukans saja system atau nafsu atau system mempengaruhi ekonomi Negara dan bangsa lain.
e.       Kaum Marxist, imperialism adalah politik luar negeri yang tidak dapat dielakkan lagi bagi Negara- Negara yang memiliki “kapitalisme kelewat masak”. Lenin mengidentifikasikan imperialisme sama kapitalisme. Imperialisme adalah kapitalisme yang berada dalam taraf perkembangan tertinggi yaitu dalam taraf monopoli.
f.       Kaum social-demokrat, imperialism adalah suatu konsekuensi dari system produksi kapitalis.

B.     Perkembangan Secara Umum Imperialisme
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Terdapat perbedaan antara Imperialisme dan Kolonialisme yaitu Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.
Pengertian Imperialisme sebenarnya telah ada sejak zaman kuno. Biasanya disebut-sebut pada zaman Romawi, Mongol, dan sebagainya. Kemudian pada zaman baru ini, yakni sekitar abad ke-16 dan ke-1, kita temui bangsa-bangsa Barat seperti Portugis dan Spanyol. Selanjutnya abad ke-19 muncul lagi dengan cirri industry yang diprakasai oleh bangsa Inggris.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa imperialisme pada dasarnya dibagi menjadi dua macam, hal ini dengan berpijak pada usaha penaklukan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat, yakni berdasarkan waktu, imperialisme dibedakan menjadi dua yaitu kuno dan modern. Imperialisme kuno berlangsung sebelum revolusi industri dengan tujuan Gold, Glory Dan Gospel. Imperialisme modern berlangsung setelah terjadinya revolusi industri dengan mementingkan masalah ekonomi.

  1. Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism).
Tujuan imperialisme kuno adalah selain faktor ekonomi(menguasai daerah yang kaya dengan sumber daya alam) juga termasuk didalamnyatercakup faktor agama dan kajayaan .Sedangkan Imperialisme modern bermula setelah Revolusi Industri diInggris tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorongnya adalah adanyakelebihan modal dan Barang di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , negara-negara Eropa berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika danAfrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil industri mereka.
Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
  1. Imperialisme Modern (Modern Imperialism).
Pada umumnya bermula setelah Revolusi Industri yang awalnya terjadi di Inggris pada tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorong berubahnya konsep atau pandangan tentang imperialisme kuno ke bentuk imperialisme modern, adalah adanya kelebihan modal dan barang (surplus produksi) di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , maka negara – negara di Eropa selanjutnya berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah untuk penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil –hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme inilah kemudian yang dilaksanakan demi alasan agama, mereka menganggap bahwa telah menjadi tugas suci bagi seorang pemeluk agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan, terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang. Para misionaris Kristen adalah contoh yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man Burden. Tetapi tetap saja bahwa diantara faktor-faktor terpenting yang melatar belakangi munculnya imperialisme adalah faktor ekonomi.
Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
Sifat dari kedua imperialisme di atas adalah sama, hanya sistemnya yang berbeda. Sifat hakikinya berupa nafsu serakah untuk mendapatkan kekayaan. Kekayaan yang dikejar pada masa imperialisme kuno biasanya berwujud emas atau logam mulia lainnya misalnya perak. Sistem yang mendukungnya adalah merkhantilisme di mana dalam prakteknya melakukan monopoli, kerja paksa dan sebagainya. Sedangkan pada imperialisme modern didukung oleh industrialisme serta perdagangan bebas, serta upah buruh yang sangat minim, tanpa memilik hak dalam produksi.
Pembagian imperialisme dalam imperialisme kuno dan imperialisme modern ini didasakan pada soal untuk apa si imperialis merebut orang lain. Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis, maka kita akan mendapatkan pembagian sebagai berikut, yaitu:
1.      Motivasi Utama dari Imperialisme
a.       Perjuangan untuk memperoleh daerah yang strategis, basis militer, urat nadi lalu lintas, dan sebagainya.
b.      Keinginan untuk membangun imperium ekonomi demi kesejahteraan dari bangsa dan Negara yang mendominasi.
c.       Usaha untuk mencari daerah pasaran hasil industry, mendapatkan bahan mentah, menanamkan modal yang surplus, dan mendapatkan tenaga buruh yang murah.
d.      Keinginan untuk memperoleh prestasie dengan terbentuknya imperium yang sangat luas.
e.       Pengharapan untuk memperoleh daerah baru agar dapat memindahkan sebagian penduduk dari bangsa yang mendominasi.
  1. Bentuk Imperialisme
a.       Imperialisme politik.
Bentuk imperialisme ini bertujuan untuk memperoleh pengawasan poltik terhadap pengawasan politik terhadap suatu bangsa atau Negara dengan cara pembentukan pemerintahan colonial. Motif utama dari imperialism politik adalah untuk memperoleh prestise dengan cara pembentukan imperialism atau menutup ketidakpuasan di dalam negeri dengan cara melakukan politik di luar negeri.
Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui pada zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
b.      Imperialisme Ekonomi.
Tujuan imperialism ekonomi adalah penguasaan daerah yang terbelakang untuk penanaman modal yang berlebihan, pengambilan bahan mentah, dan psaran hasil industry.
Bentuk imperialism ekonomi antara lain sebagai berikut.
1)      Imperialism agraris, yaitu yang bersangkut paut dengan usaha memperoleh konsesi tanah yang luas dalam jangka panjang demi kepentingan penguasa perkebunan di Negara induk.
2)      Imperialism dagang, yaitu yang bersangkut paut dengan usaha memperoleh hak-hak dagang tertentu.
3)      Imperialisme manajerial, yaitu yang bersangkut paut dnegan usaha meniadakan perusahan lain dan membentuk perusahaan-perusahaan baru untuk kepentingan Negara induk.
Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
c.       Imperialisme Kebudayaan.
Jenis imperialism inibanyak dilakukan oleh Spanyol dlaam usaha untuk menguasai dunia, terutama di Amerika Tengah dan Selatan. Bagitu pula pada waktu Hitler mengadakan ekspansi dan Rusia dalam usahanya menguasai pemikiran manusia. Imperialism kebudayaan berusaha untuk mengadakan penguasaan atau control atas idea tau pemikiran bangsa lain. Biasanya jenis ini menyertai imperialism politik, militer, atau ekonomi. Dalam sejarah, dapat di lihat bahwa Nazi-Jerman dan Rusia sangat berhasil dalam perkembangan jenis imperialism kebudayaan ini. Khususnya Rusia berhasil membentuk dan mempropagandakan system social dan ideology komunismennya kepada sejumlah besar bangsa di dunia ini, bahkan, imperialism kebudayaan Rusia berhasil pula menguasai jalan pikiran orang-orang penting dalam pencaturan politik dunia.
Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
d.      Imperialisme Militer (Military Imperialism).
Imperialism ekonomi bertujuan untuk memperoleh daerah strategis, pelabuhan, atau urat nadi lalu lintas. Daerah-daerah koloni dapat menghasilkan tenaga manusia dan dapat juga memegang peranan penting dalam menjamin kepentingan Negara yang berkuasa. Penguasaan atas daerah seperti Selat Gibraltar, Terusan Suez, Panama, Singapura, Hong Kong, dan lain-lain adalah sasaran utama imperialism. Akan tetapi dengan hasil perkembangan teknologi modern misalnya pesawat terbang atau peluru kendali, maka peranan “posisi kunci” ini mulai berkurang.
Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.
3.      Tujuan dan sasaran Imperialisme
Tujuan dan sasaran utama Imperialisme adalah mendominasi di seluruh dunia. Contohnya antara lain adalah imperialism yang dilakukan oleh Kaisar Romawi, Alexander The Great (Iskandar Zulkarnain), Jenghis Khan, Napoleon Bonaparte, dan sebagainya. Sasaran dari imperialisme continental adalah Negara-negara dan bangsa-bangsa tetangganya. Contoh jenis ini adalah raja-raja Prancis pada abad ke-17 dan 18. Contoh imperialisme yang sasarannya daerah-daerah koloni di seberang lautan antara lain Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, dan Prancis. Jenis imperialism ini bertujuan untuk memperoleh daerah yang seluas-luasnya dan sasarannya adalah Negara dan bangsa yang belum berkembang.

C.    Perkembangan Imperalisme di Indonesia
Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal kini.
Di zaman dahulu, tindakan untuk menguasai suatu wilayah kerajaan selalu menggunakan senjata api atau peperangan. Namun sekarang tidak selalu. Sekarang, penguasaan bisa dilakukan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama, pendidikan, dan ideologi. Dan tentu saja, perang sebagai alat terakhir seperti yang menimpa Irak dan Afghanistan.
Imperialisme ditumbuhkembangkan bangsa-bangsa Eropa di seluruh dunia, termasuk di Nusantara. Sejak terjadinya Perang Salib dan jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki Usmani (Turki Ottoman) pada tahun 1453 yang mengakibatkan ditutupnya jalur perdagangan Asia - Eropa lewat laut tengah, bangsa Eropa setelah mencapai kemajuan dibidang teknologi terutama teknologi pelayaran, mulai mencari dan membuka jalur perdagangan baru. Negara-negara Eropa yang memiliki andil dalam membentuk dan mengembangkan kolonialisme dan imperialisme di Indonesia adalah Portugis, Belanda, Prancis dan Inggris.
Adapun tujuan kedatangan bangsa-bangsa Barat/Eropa ke dunia timur membawa tujuan khusus yang dikenal dengan 3G yaitu:
a.       Gold, bertujuan mencari sebanyak-banyaknya logam mulia berupa emas, perak, dan batu permata seperti intan dan berlian, juga termasuk disini adalah hasil bumi atau rampah-rempah.
b.       Gospel, membawa tujuan suci yaitu untuk menyebarkan agama yang dianutnya yakni Kristen Katolik dan Kristen protestan.
c.        Glory, bertujuan mendapatkan kekayaan negeri asalnya dengan memperluas wilayah kekuasaannya di negeri yang baru ditemukan dan dikuasainya.
Penyebab atau faktor politik pendorong bangsa-bangsa Eropa mencari daerah rempah-rempah di Indonesia, yakni sejak abad XV, perdagangan rempah-rempah di Eropa mengalami perkembangan pesat. Rempah-rempah laku keras di pasaran Eropa walaupun dengan harga yang tinggi. Hal inilah yang mendorong bangsa Eropa datang ke Nusantara mencari daerah penghasil rempah-rempah. Bangsa Eropa yang pertama masuk dan menjajah Indonesia yaitu bangsa Portugis. Raja Portugis mengutus Diego Lopes de Sequiera untuk ekspedisi ke Malaka. Pada tahun 1509, Sequiera tiba di Malaka. Pada mulanya disambut dengan senang hati oleh Sultan Mahmud Syah, tetapi kemudian Sultan Mahmud Syah berbalik melawan Sequiera.
Pada tahun 1511, Alfonso d’Albuquerque (seorang tokoh penjelajah samudera Portugis), melakukan pelayaran dari Goa (India) menuju Malaka. Sesampainya di Malaka terjadilah peperangan dengan Sultan Mahmud, hingga pada akhirnya Malaka dapat ditaklukkan dan dikuasai oleh Portugis. Setelah menetap di Malaka, Albuquerque memerintahkan untuk segera mencari kepulauan rampah-rempah. Misi pencarian rempah-rempah tersebut dipimpin Francisco Serrao. Sementara itu, Albuquerque kembali ke India dengan sebuah kapal yang besar. Akan tetapi di laut lepas Pantai Sumatra kapal tersebut karam beserta barang rampasan dari Malaka.
Pada tahun 1512, Francisco Serrao berhasil mencapai Pulau Hitu (sebelah Utara Ambon), dalam usahanya untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Pada tahun 1522, Portugis mengadakan persekutuan dengan Ternate dan membagun benteng disana. Hubungan mereka mulai tegang ketika misionaris Portugis melakukan kristenisasi terhadap penduduk Ternate yang beragama Islam dan juga prilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan. Perlawanan rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun mengepung benteng Portugis yakni Benteng Santo Paulo, tapi sayang Sultan Hairun gagal karena kena tipu muslihat Portugis dan meninggal pada tahun 1570. Akhirnya di bawah pimpinan Sultan Baabullah pada tahun 1575 orang-orang Portugis diusir dari Ternate setelah terjadi pengepungan yang berlangsung selama lima tahun.

D.    Alasan Tidak Setuju Sistem Imperialisme
Saya tidak setuju dengan paham imperialism karena Negara yang menerapkan imperialisme itu akan menjajah Negara yang di kuasai. Dimana Negara yang dikuasai itu di eksploitasi sumber dayanya hanya untuk kepentingan Negara tersebut tanpa memikirkan bagaimana nasib Negara yang yang dikuasai. Paham imperialisme ini akan sangat menguntungkan hanya bagi Negara imperialis Karen akan menjadikan Negara tersebut semakin kaya dan maju sedangkan bagi Negara yang di kuasai oleh Negara imperialis (di jajah) akan menjadi negara lembah kemiskinan dan tidak maju. Dalam hal social, Negara imperialis akan semakin banyak membuat produk untuk dijual kepada Negara yang dikuasai sehingga keuntungannya pun semakin banyak sedangkan bagi Negara yang dikuasai akan menjadi tempat/pasar penjualan barang dari Negara imperialis sehingga dampaknya bagi Negara tersebut tidak memiliki lagi kepercayaan diri terhadap produk dalam negeri untuk di pasarkan di negaranya sendiri. 




DAFTAR PUSTAKA
AdiSusilo, Sutarjo. 2013. Sejarah Pemikiran Barat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Agung, Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar