Selasa, 16 Desember 2014

Metode Problem Based Learning





METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd




Oleh:

Rusydah Binta Qur-aniyah     (120210302032)







PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dalam Pembelajaran Sejarah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan materi kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bentuk berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis disini menyampaikan terima kasih kepada:
1.    Dr. Suranto, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan  dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Teman-teman yang telah memberikan motivasi, dan telah memberikan masukan-masukan dalam pembuatan makalah ini.
3.    Para penulis yang sumber penulisannya telah kami kutip sebagai bahan rujukan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan juga membantu pembaca untuk lebih memahami mengenai materi trategi Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.


Jember, 1 November 2014

Penulis






DAFTAR ISI


halaman

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos” yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan ( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada siswa dalam belajar ( 1992 : 4).
Dari dua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa metode pengajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas – luasnya dalam rangka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Didalam proses belajar mengajara di perlukan suatu metode yang sesuaidengan situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna yaitu mampu memfunfsikan si anak didik untuk belajar sendiri sesuai dengan Student Active Learning (SAL).

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi Metode pemecahan masalah (Problem Solving)?
2.      Apa alasan bahwa Metode pemecahan masalah (Problem Solving) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu peristiwa?
3.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Metode pemecahan masalah (Problem Solving) secara konkrit?
4.      Apa kelebihan Metode pemecahan masalah (Problem Solving)?
5.      Apa kelemahan Metode pemecahan masalah (Problem Solving) ?

1.3  Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami:
1.      Mengetahui definisi Metode pemecahan masalah (Problem Solving)
2.      Mengetahui alasan bahwa Metode pemecahan masalah (Problem Solving) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu peristiwa
3.      Memahami langkah-langkah pembelajaran Metode pemecahan masalah (Problem Solving) secara konkrit
4.      Mengetahui kelebihan Metode pemecahan masalah (Problem Solving)
5.      Mengetahui kelemahan Metode pemecahan masalah (Problem Solving)

                                                  







BAB 2. PEMBAHASAN


2.1  Definisi Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful  Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa: Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa  kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
a.       Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman video dan lain – lain
b.      Bersifat familiar dengan siswa
c.       Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d.      Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku
e.       Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari

Metode pemecahan (Problem Solving) masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Metode pemecahan masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen  method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah metode  pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan  atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.

2.2  Alasan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Tepat untuk Pembelajaran Sejarah Dalam Memvisualisasikan Suatu Peristiwa

Menurut saya metode problem solving cocok untuk pembelajaran sejarah karena dengan penggunaan metode problem solving siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja. Dan metode ini menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari  metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu  tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.

2.3  Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Secara Konkrit

Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap  yaitu
Tahap – Tahap
Kemampuan yang diperlukan
1)      Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2)      Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
3)      Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
4)      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel
5)      Pembuktian hipotesis 
Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
6)      Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1)      Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a)Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b)      Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua. 
2)      Mendiagnosis  masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah
3)      Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4)      Menentukan dan menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5)      Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.      Merumuskan masalah  : Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2.      Menelaah masalah       : Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3.      Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis         : Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
4.      Pembuktian hipotesis  : Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5.      Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan        : Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.
Menurut pendapat saya langkah yang konkrit dalam memvisualisasikan suatu peristiwa yaitu dengan langkah sebagai berikut      :
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan
-          Guru meminta salah satu murid memimpin doa

-          Guru mempersiapkan kelas lebih kondusif dan siap belajar.

-          Menjelaskan tujuan pembelajaran

-          Guru menyampaikan topic “Revolusi Besar Dalam Peradaban Manusia”

-          Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil 4-5 orang, menjadi kelompok I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII

Inti
-          Guru menanyakan gambar jalur penyebaran kebudayaan Kapak Persegi dan Kapak Lonjong

 


Mengamati :
-          Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut

Menanya :
-          Guru mendorong siswa untuk bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang ditayangkan

-          Guru kembali menegaskan topic pembelajaran yang akan dibahas

-          Guru menegaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model problem based learning

Mengeksplorasi dan mengasosiasi :
·         Guru memberikan pengantar singkat, missalnya menjelaskan Jaman hidup baru, berlangsung sejak kira-kira 60 juta tahun yang lalu sampai kini. Kebudayaan neolithikum adalah kebudayaan pertama kali yang bisa dikatakan tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Kebudayaan neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Pada jaman ini dikenal kepandaian akan mengasah. Bahkan banyak alat-alat itu diupam sehingga indah sekali dan merupakn betul-betul hasil seni yang bernilai tinggi. Selain itu, masyarakatnya pun sudah bertempat tinggal tetap dan bercocok tanam. Menurut alat-alatnya yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus, neolithikum Indonesia dapat dibagi menjadi dua golongan besar,
ü  kebudayaan kapak persegi
ü  kebudayaan kapak lonjong
Hasil budaya pada zaman itu tidak hanya berupa alat akan tetapi juga berupa cara hidup manusia pada zaman itu, antara lain dalam bidang ekonomi, social, dan kesenian.

-          Setiap kelompok mendapatkan tugas melakukan eksplorasi/mengumpulkan informasi dan mengasosiasi melalui diskusi kelompok untuk mengasosiasikan fakta-fakta ynag berhasil ditemukan dan dirumuskan :
·         Kelompok 1 dan 2 bertugas mendiskusikan dan merumuskan materi tentang asal usul penyebaran alat pada zaman Neolithikum
·         Kelompok 3 dan 4 berdiskusi dan merumuskan tentang ciri-ciri zaman Neolithikum 
·         Kelompok 5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan tentang kebudayaan penting pada zaman Neolithikum
·         Kelompok 7 dan 8 mendiskusikan dan merumuskan tentang hasil budaya material dan immaterial pada zaman Neolithikum

Mengkomunikasikan :
-          Presentasi hasil kelompok (masing-masing kelompok) dalam rangka mengkomunikasikan hasil karya kelompok, dan di tanggapi oleh kelompok lain.

Penutup
-          Klasifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyampaikan materi tentang “Revolusi Besar Dalam Peradaban Manusia” sebagai gambaran dari adanya zaman batu muda di Indonesia

-          Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dalam pelajaran apa yang diperoleh telah belajar tentang topic pembelajaran “Tipologi hasil budaya Praaksara zaman Neolithikum”

-          Guru sekali lagi menegaskan agar para siswa tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maaha Esa yang telah memberikan kecerdasan kepada manusia purba zaman Neolithikum sehingga dapat menghasilkan beberapa kebudayaan dengan setiap kebudayaan menghasilkan berbagai macam alat. Dengan kecerdasan yang dimiliki manusia pada zaman itu membuat peradaban manusia pada zaman itu telah mengalami suatu revolusi.

-          Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, misalnya dengan mengajukan pertanyaan :
1)      Apa sajakah hasil kebudayaan material pada zaman Neolithikum ?
2)      Apa sajakah hasil kebudayaan immaterial pada zaman Neolithikum?
3)      Bagaimana ciri-ciri zaman Neolithikum?
4)      Bagaimanakah penyebaran hasil budaya material pada zaman Mesolithikum?
5)      Bagaimana kebudayaan Kapak Persegi dan Kapak Lonjong pada zaman Neolithikum?

Tugas   :
1.      Siapkan peta jalur penyebaran kebudayaan kemudian dengan peta itu ditunjukkan dengan gambar garis-garis yang menunjukkan tempat persebaran alat/hasil budaya material pada zaman Neolithikum di Indonesia sehingga pada zaman itu terdapat kebudayaan Kapak Persegi dan Kapak Lonjong. Jangan lupa bedakan (warna atau bentuk) garis untuk masing-masing alat/hasil budaya materialnya.

2.      Siswa diberi tugas untuk membuat laporan atau karya tulis tentang “Revolusi Besar Dalam Peradaban Manusia”


2.4  Kelebihan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Adapun kelebihan penggunaan metode pemecahan masalah (Problem solving) antara lain :
a)      Dengan Metode Problem Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
b)      Melatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang timbul secara spontan.
c)      Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawab sendiri.
d)     Pendidikan disekolah relevan dengan kehidupan.
e)      Dalam situasi Metode Problem Solving, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
f)       Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
g)      Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
ü  peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
ü  peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
ü  peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
h)      Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
i)        Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
j)        Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
k)      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
l)        Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
m)    Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
n)      Mendidik siswa percaya diri sendiri. 
o)      Dengan meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.
p)      Dengan menggunakan metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
q)      Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
r)       Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
s)       Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
t)       Mengajak siswa berpikir secara rasional

2.5  Kelemahan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Adapun kelemahan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving) antara lain:
a)      Memerlukan waktu yang lama
b)      Murid yang pasif dan malas akan tertinggal
c)      Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran.
d)     Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik.
e)      Terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
f)       Metode problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
g)      Melibatkan lebih banyak orang.
h)      Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
i)        Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.











BAB 3. SIMPULAN


Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Metode problem solving cocok untuk pembelajaran sejarah karena dengan penggunaan metode problem solving siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja. Dan metode ini menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah konkrit metode problem solving yaitu :
SINTAK PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.      Stimulation (simulasi/ pemberian rangsangan)
Pemberian rangsangan/motivasi, menyinggung problem yang akan dipecahkan dan bersifat dilematis bahkan controversial, contohnya:
-          Kondisi eropa barat setelah jatuhnya Konstntinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453
-          Pada abad ke-16, di Nusantara lebih banyak berkembang kerajaan-kerajaan besar. Mengapa bangsa barat dapat menguasai kerajaan-kerajaan tersebut.
2.      Problem statement (pertanyaan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehingga siswa menentukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya:
-          Apa latar belakang kedatangan bangsa barat ke dunia timur
-          Mengapa pelayaran samudera diprakarsai pelayar-pelayar Eropa (Spanyol dan Portugis)
-          Mengapa wilayah Nusantara menjadi tujuan penting pelayaran samudera.
3.      Data Collection (pengumpulan data)
Pada tahp ini peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui bermacam-macam sumber pembelajaran (buku, majalah, internet, dan lain-lain) sehingga mengumpulkan data bersifat variatif.
4.      Data processing (pengolahan data)
Pada tahap ini peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi untuk mengolah data hasil dari pengolahan data.
5.      Verification (pembuktian)
Pada tahap verifikasi peserta didik mendiskusikan hasil pengolahan data dan memverifikasi hasil pengolahan dengan data-data dengan sumber pembelajaran yang terkait materi yang disajikan.
6.      Generalization (menarik kesimpulan)
Pada tahp ini peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.























DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar