Perintis
kolonisasi di Amerika Serikat adalah Sir Humphrey Gilbert dan saudara tirinya
Sir Walter Raleigh. Mereka berdua adalah teman Richard Hakluyt dan Ratu
Elizabeth.
John Smith, pendiri dari koloni
Virginia, 1607, mengatakan: “Heaven and earth never agreed better to frame a
place for man’s habitation”. (Langit
dan bumi tak pernah sesepakat merancang tempat untuk pemukiman manusia).
Ungkapan John Smith tadi merupakan ekspresi bahwa Benua Baru yang kemudian
dikenal sebagai Amerika Serikat sangat mendukung sebagai tempat pemukiman baru yang begitu
menjanjikan kaya akan sumber alamnya.
Tahun
1600-an merupakan awal dari terjadinya gelombang emigrasi dari Eropa ke Amerika
Utara secara besar-besaran. Awalnya, selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan penduduk
ini tumbuh dari hanya beberapa ratus orang Inggris kemudian
bertambah menjadi banjir
berjuta-juta pendatang baru. Terdorong oleh motivasi yang kuat dan berbagai
alasan lainnya,mereka pun membangun peradaban baru di kawasan utara benua
tersebut. (Prof. Keith W. Olson, cs.tt: 1 dan
USINFO, 2004: 14)
Imigran pertama Inggris yang datang
ke tempat yang sekarang diebut Amerika Serikat melintasi Laut Atlantik cukup
lama setelah Spanyol membentuk koloninya di Meksiko, India Barat, dan Amerika
Selatan. Selama pelayaran antara 6 sampai 12 minggu, mereka hidup dalam ransum
makanan yang terbatas. Banyak sekali yang tewas karena penyakit, sementara kapal-kapal
kecil itu juga sering dihantam badai, dan beberapa diantaranya hilang di laut.
Terdapat beberapa latar belakang mengapa orang-orang
Eropa melakukan migrasi ke Amerika Utara. Diantaranya karena mereka melarikan
diri dari penindasan politik, demi mencari kemerdekaan dalam melakukan ibadah,
atau pun untuk mencari petualangan dan mencari peruntungan yang lebih baik
daripada di negeri mereka sendiri. Di antara tahun 1620 dan 1635, kesulitan
ekonomi melanda Inggris. Banyak orang tidak mendapatkan pekerjaan. Bahkan para
tukang yang terampil pun hanya mendapatkan upah sekedar cukup untuk menyambung
hidup. Kegagalan panen menambah parah kesengsaraan. Selain tiu, Revolusi
Industri telah menciptakan industri tekstil yang berkembang pesat, yang terus
menuntut pemasokan wol agar pabrik bisa terus beroperasi. Karena ingin beternak
biri-biri, para tuan tanah memagari tanah pertanian mereka dan mengusir para
petani. Olah karena itu, perluasan wilayah jajahan menjadi jalan keuar bagi kaum
petani yang tersingkir.
1.
Koloni
di Wilayah Utara
a.
Virginia
dan Maryland
Kolonisasi awal Amerika Utara oleh
Inggeris mulai lebih intensif sejak pemerintah dipegang oleh Raja James I
(1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart.
Koloni Inggris
yang pertama didirikan di Amerika Utara adalah Jamestown. Koloni ini yang
kemudian berkembang menjadi Viriginia. Virginia adalah nama yang diberikan
untuk menghormati ratu Inggris pada waktu itu – Elizabeth (the virgin queen).
Nama Virginia diberikan Elizabeth untuk memberi nama sebuah daratan yang tak
tentu namanya di Amerika Utara yang berbatasan dengan Laut Atlantik. Sepanjang
pantai ini penanam modal Raleigh berniat untuk memulai upaya-upaya
kolonisasinya. Terdapat dua kelompok saudagar yang berminat, yang satu terletak
di Plymouth dan satunya d London. Pada tahun 1606, saudagar yang berada di
London-lah yang mendapat sebuah piagam dari Raja James I untuk membangun koloni
di antara garis lintang ke-34 dan 38.
Dengan
mengambil contoh EIC, mereka tidak bermaksud untuk membangun sebuah perkampungan
pertanian melainkan yang dibangun adalah pos perdagangan. Untuk itu maka
berniat untuk mengirim hasil industri Inggris ditukar dengan Indian, dengan
cara seperti itu mereka berharap membawa kembali barang dagangan Amerika atau
memproduksi dengan buruh dari pekerja mereka sendiri.
Untuk mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James
I mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah
perjanjian tersebut, Inggeris mulai menata kembali rencananya mengenai
kolonisasi atas Virginia.
Ekspedisi
pertama mereka dengan tiga kapal kecil yang membawa 120 orang berlayar menuju
Teluk Chesapeake dan naik ke atas Sungai James di musim semi pada tahun 1607.
Para kolonis – sebagian besar teridiri dari para petualang yang gagah berani
dan sangat sedikit diantara kolonis tadi mereka yang berniat menjadi pekerja –
mengalami kesulitan-kesulitan sejak mereka mendarat dan mulai membangun
perkampungan di Jamestown. Penduduk Virginia pada
saat itu sebagian besar terdiri dari orang Inggris dan Negro, diperkirakan
sekitar 40 % dari jumlah penduduk yang ada. Kelompok yang terdiri dari orang-orang kota dan para
petualang ini lebih tertarik untuk mencari emas, menumpuk kayu, aspal, ter,
bijih besi daripada harus berladang/bertani. Di
antara mereka, Kapten John Smith,
tampil sebagai sosok yang dominan sekali pun ada pertengakaran demi
pertengkaran, kelaparan, orang Turki, dan bahkan orang-orang Indian.
Pada tahun
1609, setelah John Smith kembali dari Inggris, dan sepeninggalnya, koloni itu
menjadi kacau. Selama musim dingin tahun 1609-1610, sebagian penduduk tewas
akibat kelaparan dan penyakit. Dari total penduduk Jamestown yang berjumlah 500
orang hanya tersisa 60 orang yang mampu bertahan hidup pada bulan Mei 1610.
Namun tidak lama kemudian terjadilah perkembangan yang merombak
Virginia. Pada tahun 1612, John Rolfe
mulai menyilangkan benih tembakau dari India Barat dengan perdu asli
Amerika dan menghasilkan jenis baru yang cocok dengan selera orang Eropa.
Pengiriman tembakau ini pertama kali mancapai London pada tahun 1614. Dalam
tempo sepuluh tahun, tembakau menjadi sumber pernghasilan terbesar Virginia.
Salah satu
pemegang saham Virginia Company, George Calvert, Lord Baltimore, mempunyai ide
untuk menguasai koloni tersebut sendiri. Ia sendiri masuk ke agama Katolik
Roma, Calvert mempunyai pemikiran besar
untuk membangun perumahan dan mendirikan tempat perlindungan bagi orang – orang
penganut Katolik Roma, korban diskriminasi politik di Inggris. Dari Raja Charles I, Ia mendapat hak paten
atas wilayah Virginia yang membentang dari Utara Potomac sampai Timur Teluk
Chesapeake, Raja telah meng-Kristen-kan Maryland untuk menghormati istrinya
yang menganut Katolik Roma, Seorang wanita Perancis – Henrietta Maria. George
Calvert meninggal dunia sebelum pengakuan terhadap Maryland secara resmi, dan
pengakuan tersebut dikeluarkan pada tahun 1623 kepada anak lelakinya –
Cecillius, yang kemudian menjadi Raja ke-2 Baltimore.
Orang-orang
Maryland pada awalnya tahu tidak ada kematian besar-besaran, tidak terjadi
wabah penyakit, dan tidak ada kelaparan.
Masalah Serius muncul dari perselisihan daerah perbatasan dengan
orang-orang Virginia. Perselisihan
menimbulkan pertumpahan darah tetapi pada akhirnya diselesaikan oleh keputusan Raja yang menyokong Maryland.(Richard N. Current,
1965: 16)
2.
Koloni
di Wilayah Selatan
Kehidupan koloni di wilayah selatan
terbesar adalah menggantungkan pada bidang pertanian dan perkebunan lebih fokus
pada status provinsi milik Inggris. Mulai muncul sikap para kolonis yang
berasal dari para intelektual mengkritisi praktik pemerintah kolonial Inggris
yang bersifat eksploitatif.
Masyarakat pemilik perkebunan di Selatan
terdiri dari ratusan keluarga yang berasala dari kaum aristokrat. Mereka
terpusat di pemukiman pantai Teluk Chesapeake da didaratan rendah South
Carolina. Mereka merupakan kelas elite dalam masyarakat perkebunan, kelas
sosial mereka didasarkan pada kekayaan, utamanya kepemilikan tanah-tanah
perkebunan dan para budak.
Ekologi kolonial wilayah Selatan yang
berbasis pada hasil pertanian dan perkebunan jelas mempengaruhi kultur. Haisl
pertanian dan perkebunan itu sangat menguntungkan bagi pemerintah kolonial
Inggris. Cuaca wilayah Selatan mendukung terjadinya basis kehidupan dari haisl
pertanian dan perkebunan. Hasil panennya sebagian besar dinikmati oleh negara
induk.
Virginia, sebagai koloni pertama Inggris
di Selatan, pada 1619 telah menghasilkan tembakau mencapai 20.000 pound, dan
pada tahun 1688 mencapai 18 juta pound. Merokok telah menjadi kebiasaan bagi
orang-orang Eropa, merupakan kenikmatan, dan Virginia menempatkan para pemilik
perkebunan menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam masyarakat koloni. Masyarakat di Selatan selain terdiri dari
pemilik perkebunan, petani, budak-budak, juga didapati sebagian masyrakat
terdidik, para negarawan, dan pendeta.
Struktur sosial di Selatan yang berbasis
ekonomi perkebunan menempatkan kelompok aristokrat sebagai the rulling class.
George Washington adalah salah seorang negarawan pada masa koloni. Lapisan
kelas setelah kelas menengah disebut sebagai orang kulit putih miskin yang berharga.
Mereka itu digambarkan sebagai orang miskin, bodoh, dan seringkali
sakit-sakitan. Kelas terbawah dari struktur sosial dalam masyarakat perkebunan
adalah oarag-orang negro yang berstatus sebagai budak. Pertanian dan perkebunan pada masa koloni
sampai akhir abad ke-19, merupakan sumber penghasilan dan kemakmuran rakyat di
wilayah tersebut.
3.
Koloni
di Wilayah Tengah
Kepemilikan
koloni Inggris di Amerika Utara setelah berhasil menguasai Virginia dan
Maryland, kemudian bangsa tersebut berusaha mencari koloni lain. Para kolonis
mendapatkan daerah baru yang disebut The New England. Wilayah The New England
meliputi Massachusetts, Rhode Island, New Hampshire, dan Connecticut.
a.
Massachussetts
Kelompok-kelompok
orang Inggris yang berjasa mendapatkan daerah New England berasal dari kelompok
orang-orang agamawan yang berselisih di Inggris. Mereka adalah kelompok
orang-orang Puritan. Yang di maksud orang Purita adalah orang-orang protestan
ekstrim yang menganut theolohi Calvinist, yang ingin memurnikan Gereja Inggris
dari sisa-sisa Katholik yang masih dipertahankan di dalam Gereja itu. Selama
pergolakan agama pada abad ke-16, sebuah kelompok yang terdiri dari lelaki dan
wanita yang menyebut diri mereka kaum
Puritan mencoba mengubah Gereja Negara Inggris dari dalam. Pada hakikatnya
mereka menuntut agar tata cara ibadah dan susunan gereja yang mengacu pada
Katolik Roma diganti dengan bentuk kepercayaan dan ibadah Protestan yang lebih
sederhana. Ide reformis mereka yang berupa penghancuran kesatuan negara gereja
telah mengancam memecah belah masyarakat dan merongrong kekuasaan kerajaan.
Di
tahun 1607, sekelompok kecil kaum separatis yaitu kaum Puritan radikal yang
tidak percaya Gereja Negara dapat direformasi dan memisahkan diri ke Leiden,
Belanda, tempat mereka mendapatkan suara dari penguasa di sana. Namun kaum
Calvinis Belanda memanfaatkan mereka untuk menjadi pekerja kasar dengan bayaran
murah. Beberapa anggota perhimpunan agama ini menjadi tidak puas dengan
perlakuan diskriminatif ini dan memutuskan untuk bermigrasi ke Dunia Baru. Di tahun 1620, sekelompok kaum Puritan Laiden mendapat
sebuah hak paten dari Virginia Company. Maka, sebuah kelompok berjumlah 101 orang yang terdiri
dari laki-laki, wanita, dan anak-anak berlayar ke Virginia dengan kapal
Speedwell dan Myflower pada 5 Agustus 1619.
Badai mengirim kapal itu jauh ke utara hingga mereka mendarat di Cape Cod, New England.
Yakin bahwa mereka di luar kekuasaan mana pun, mereka menyusun perjanjian resmi
untuk berpegang kepada ‘hukum yang adil dan setara’ yangdi buat oleh para
pimpinan yang mereka pilih sendiri. Perjanjian ini adalah Mayflower Compact (Kesepakatan Mayflower).
Tentang
Bagaimana Kaum Pilgrim Hidup (Pilgrim=peziarah)
Gambaran
tentang Kaum Pilgrim diberikan oleh Edward Winslow dalam surat yang Ia tulis sesaat setelah Ia mendarat. Ketika
musim dingin yang pertama di New England, istri Winslow meninggal. Dua bulan
kemudian, Ia kemudian menikah dengan Susannah
White, yang juga telah menjanda pada periode yang sama. White adalah
wanita pertama yang melahirkan di New England, dan pernikahan Winslow dan White
adalah pernikahan pertama di wilayah tersebut. Winslow terpilih menjadi
gubernur beberapa kali karena Ia sangat ahli dalah bernegosiasi dengan pemimpin
suku Indian Masassoit. Pada awalnya hanya terdapat tujuh rumah dan empat
diantaranya digunakan untuk perkebunan. Pada musim semi terakhir seluas 20 acre
dipakai untuk ditanami jagung Indian, untuk menyemai gandum dan kacang polong
seluas 6 acre, dan menurut cara orang Indian, tanaman diberi pupuk ikan hering
atau shad (semacam ikan laut). Kehidupan kaum pilgrim waktu itu sangat
berlimpah kesenangan.
Di
bulan Desember, kapal Myflower mencapai pelabuhan Plymouth. Di tempat inilah
kaum Pilgrim sepanjang musim dingin membangu pemukima mereka. Nyaris separuh dari mereka tewas karena udara dingin dan
penyakit. Gelombang baru imigran segera berdatangan di Pantai Teluk
Massachussetts pada tahun 1630. Bekal mereka adalah mandat dari Raja Charles I untuk
membentuk sebuah koloni. Banyak dari mereka adalah kaum Puritan yang praktek
keagamaannya semakin dilarang di Inggris. Pemimpin mereka, John Winthrop,
secara terbuka menyatakan ingin mendirikan “sebuah kota di atas bukit” di Dunia
Baru. Dengan pernyataannya, ia memaksudkan sebuah tempat kaum Puritan akan
hidup dengan peraturan ketat yang sesuai dengan kepercayaan mereka.
Koloni Teluk Massachussetts memegang peranan penting
dalam perkembangan di seluruh kawasan New England. Keberhasilannya adalah karena
Winthrop dan rekannya sesama kaum Puritan berhasil menerapkan anggaran dasar
mereka. Dengan demikian, kekuasaan atas pemerintahan di koloni ini berada di
Massachussetts, bukan di Inggris yaitu tepatnya di kota
Baston. Dalam beberapa tahun saja Baston menjadi pusat koloni baru.
b.
Rhode
Island
Rhode
Island yang mempunyai ibukota di Providence, pada awalnya didapatkan oleh
seorang tokoh gerejani yang menganut agama Puritan. Orang tersebut bernama
Roger William yang datang ke wilayah Plymouth pada tahun 1631. Roger Willian
sebagai tokoh penting di koloni Rhode Island mendamaikan persengketaan tanah
antara para pendatang dan orang-orang Indian. Demikian pula ia telah memikirkan
adanya Konfederasi beberapa koloni di New England dalam menata pemerintahan koloni.
Sebagai tokoh setempat, ia menolak berbagai paksaan yag terasa dari negara
induk.
Lima
tahun setelah kedatanganya di Plymouth, ia beserta pendukungnya mulai membangun
kota Rhode Island. Kota Providence sebagai ibukota berhasil dibangun tahun
1636. Rhode Island juga dijadikan sebagai pertanian dan perkebunan. Ia dikenal
sebagai pendiri Gereja Baptis Amerika, hal itu berhasil dilakukan tahun 1638.
Pendirian gereja itu dimaksudkan untuk mengkompromikan dengan theologi
Calvinist oarang-orang turunan yang pernah dianutnya sampai akhir hayatnya.
c.
Connecticut
Seperti
halnya dua wilayah lain di New England, di Connecticut juga memiliki latar
belakang yang sama dari para migran yang sebagian besar berasal dari kelompok
Puritan. Rupanya motif ekonomi lebih banyak mendorong terjadinya migrasi
sebelum melakukanpenjelajahan ke New England itu, beserta rombongannya terlebih
dahulu memita izin pada pemerintah Inggris untuk melakukan migrasi pada 1634.
Mereka menemukan Connecticut pada 1636 di bawah pimpinan Thomas Hooker.
Dipimpin
Thomas Hooker, mereka mengorganisasi pemerintahan koloni di Connecticut pada
1637 sebagai respon dari ancaman orang-orang Indian Suku Pequot, yang hidup di
sebelah timur Sungai Connecticut. Connecticut
sebagai sebuah koloni Inggris mulai diorganisasi dengan baik. Pada 1639,
pemerintah kolonial di Connecticut mulai menyusunperaturan yang disebut
“Fundamental Orders Connencticut”, berisi sekumpulan undang-undang untuk menata
pemerintahan. Dibentuk sebuah Majelis Umum yang anggotanya terdiri dari para
wali kota, dipimpin oleh seorang gubernur dan wakilnya, mereka itu dipilh
secara berkala.
Peristiwa
yang amat mencolok dalam sejarah New England adalah dibentuknya Konfederasi New
England 1643 yang anggotanya terdiri dari Connecticut, New Heaven, Plymouth,
dan Massacusett. Tujuan dibentuknya Konfederasi adalah untuk menggalang
kekuatan dalam menhadapi ancaman dari otang-orang Indian terutama bangsa
Narragansett.
d.
New
Hampshire
New
Hampshire sebagai suatu koloni juga terdapat di wilayah New England. Tooh
terkemuka dalam koloni tersebut yaitu Sir Verdinando Gorges dan Kapten John
Mason yang pada 1622 telah berhasil mempersembahkan koloni itu kepada
pemerintah Inggris. Wilayah itu teletak di lingkungan Sungai Pistacaqua. Atara
kedua tokoh itu bersepakat bahwa pada 1629 membagi wilayah itu, Mason mengambil
bagian sebelah selatan yang ia namakan New Hampshire. Pada 1630 mulai masuk
imigran ke wilayah New Hampshire. Dalam
perkembangannya pada 1691 berhaisl didirikan kota koloni yakni kota Concord
sebagai ibukota Koloni New Hampshire.
Ekologi
wilayah New England tidaklah mendasarkan pada sistem ekonomi perkebunan seperti
di bagian selatan, tetapi mengandalkan pada sistem ekonomi perdagangan dan
industri. Dalam 1763, sebagian besar masyarakat New England masih sebagai
petani, tetapi mulai banyak pula yang menjadi pedagang, ahli teknik, pelaut,
nelayan, dan pengusaha. Keberhasilan memagfaatkan potensi hasil laut, warga New
England mengembangkan jalur perdagangan maritim yang intensif.
Kaum Puritan sebagai suatu anggota masyarakat
di New England telah berhasil mentransformasikan desa-desa, tumbuh dan
berkembang menjadi kota-kota di New England, meskipun di wilayah itu banyak
sekali variasinya. Warga New England bagian Tengah tidak menginginkan
orang-orang negro tetap menjai budak, tanpa pendidikan, sebaliknya mereka ingin
memberikan hak-hak pilih seperti warga koloni. Konsep demokrasi pada masa
kolonial telah disuarakan oleh para ahli politik Inggris. Nama John Wise pada
tahun 1717 disebut-sebut sebagai tokoh yang menganjurkan betapa pentingnya
konsep demokrasi. Ada pula alasan lain para koloni di New England bagian Tengah
menentang terjadinya perbudakan. Praktik perbudakan di koloni Selatan jelas
bertentangan dengan konsep Declaration of Independent. Setiap manusia mendapat
hak kebebasan dan persamaan, demikian pula harud memperoleh perlindungan hukum.
Perbudakan bertentanagn dengan hukum-hukum alam dan berlawanan dengan prinsip
moral kemanusiaan.
Seperti
halnya koloni di New England, kehidupan masyarakat koloi Bagian Tengah juga
mendasarkan pada sektor perdagangan dan industri. Koloni-koloni yang termasuk
wilayah tengah : Provinsi New York, New Jersey, Pensylvania, dan Delaware. Penduduknya
terdiri dari multi bangsa antara lain : Inggris, Swedia, Finlandia, Belanda,
dan Jerman. Di New York dan New Jersey kultur dan bahasa Belanda masih melekat
selama masa koloni. Demikian di Delaware telah terjadi percampuran etnis antara
orang Swedia dan Finlandia. New York dan Philadelphia merupakan pusat-pusat
perdagangan di koloni bagian Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar