Sabtu, 24 Mei 2014

Resume Kehidupan Koloni di Amerika



Perintis kolonisasi di Amerika Serikat adalah Sir Humphrey Gilbert dan saudara tirinya Sir Walter Raleigh. Mereka berdua adalah teman Richard Hakluyt dan Ratu Elizabeth.
            John Smith, pendiri dari koloni Virginia, 1607, mengatakan: “Heaven and earth never agreed better to frame a place for man’s habitation”. (Langit dan bumi tak pernah sesepakat merancang tempat untuk pemukiman manusia). Ungkapan John Smith tadi merupakan ekspresi bahwa Benua Baru yang kemudian dikenal sebagai Amerika Serikat sangat mendukung sebagai tempat pemukiman baru yang begitu menjanjikan kaya akan sumber alamnya.
            Tahun 1600-an merupakan awal dari terjadinya gelombang emigrasi dari Eropa ke Amerika Utara secara besar-besaran. Awalnya, selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan penduduk ini tumbuh dari hanya beberapa ratus orang Inggris kemudian bertambah menjadi banjir berjuta-juta pendatang baru. Terdorong oleh motivasi yang kuat dan berbagai alasan lainnya,mereka pun membangun peradaban baru di kawasan utara benua tersebut. (Prof. Keith W. Olson, cs.tt: 1 dan USINFO, 2004: 14)
            Imigran pertama Inggris yang datang ke tempat yang sekarang diebut Amerika Serikat melintasi Laut Atlantik cukup lama setelah Spanyol membentuk koloninya di Meksiko, India Barat, dan Amerika Selatan. Selama pelayaran antara 6 sampai 12 minggu, mereka hidup dalam ransum makanan yang terbatas. Banyak sekali yang tewas karena penyakit, sementara kapal-kapal kecil itu juga sering dihantam badai, dan beberapa diantaranya hilang di laut.
            Terdapat beberapa latar belakang mengapa orang-orang Eropa melakukan migrasi ke Amerika Utara. Diantaranya karena mereka melarikan diri dari penindasan politik, demi mencari kemerdekaan dalam melakukan ibadah, atau pun untuk mencari petualangan dan mencari peruntungan yang lebih baik daripada di negeri mereka sendiri. Di antara tahun 1620 dan 1635, kesulitan ekonomi melanda Inggris. Banyak orang tidak mendapatkan pekerjaan. Bahkan para tukang yang terampil pun hanya mendapatkan upah sekedar cukup untuk menyambung hidup. Kegagalan panen menambah parah kesengsaraan. Selain tiu, Revolusi Industri telah menciptakan industri tekstil yang berkembang pesat, yang terus menuntut pemasokan wol agar pabrik bisa terus beroperasi. Karena ingin beternak biri-biri, para tuan tanah memagari tanah pertanian mereka dan mengusir para petani. Olah karena itu, perluasan wilayah jajahan menjadi jalan keuar bagi kaum petani yang tersingkir.
1.      Koloni di Wilayah Utara
a.      Virginia dan Maryland
Kolonisasi awal Amerika Utara oleh Inggeris mulai lebih intensif sejak pemerintah dipegang oleh Raja James I (1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart.
Koloni Inggris yang pertama didirikan di Amerika Utara adalah Jamestown. Koloni ini yang kemudian berkembang menjadi Viriginia. Virginia adalah nama yang diberikan untuk menghormati ratu Inggris pada waktu itu – Elizabeth (the virgin queen). Nama Virginia diberikan Elizabeth untuk memberi nama sebuah daratan yang tak tentu namanya di Amerika Utara yang berbatasan dengan Laut Atlantik. Sepanjang pantai ini penanam modal Raleigh berniat untuk memulai upaya-upaya kolonisasinya. Terdapat dua kelompok saudagar yang berminat, yang satu terletak di Plymouth dan satunya d London. Pada tahun 1606, saudagar yang berada di London-lah yang mendapat sebuah piagam dari Raja James I untuk membangun koloni di antara garis lintang ke-34 dan  38.
Dengan mengambil contoh EIC, mereka tidak bermaksud untuk membangun sebuah perkampungan pertanian melainkan yang dibangun adalah pos perdagangan. Untuk itu maka berniat untuk mengirim hasil industri Inggris ditukar dengan Indian, dengan cara seperti itu mereka berharap membawa kembali barang dagangan Amerika atau memproduksi dengan buruh dari pekerja mereka sendiri. Untuk mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah perjanjian tersebut, Inggeris mulai menata kembali rencananya mengenai kolonisasi atas Virginia.
Ekspedisi pertama mereka dengan tiga kapal kecil yang membawa 120 orang berlayar menuju Teluk Chesapeake dan naik ke atas Sungai James di musim semi pada tahun 1607. Para kolonis – sebagian besar teridiri dari para petualang yang gagah berani dan sangat sedikit diantara kolonis tadi mereka yang berniat menjadi pekerja – mengalami kesulitan-kesulitan sejak mereka mendarat dan mulai membangun perkampungan di Jamestown. Penduduk Virginia pada saat itu sebagian besar terdiri dari orang Inggris dan Negro, diperkirakan sekitar 40 % dari jumlah penduduk yang ada. Kelompok yang terdiri dari orang-orang kota dan para petualang ini lebih tertarik untuk mencari emas, menumpuk kayu, aspal, ter, bijih besi daripada harus berladang/bertani. Di  antara mereka,  Kapten John Smith, tampil sebagai sosok yang dominan sekali pun ada pertengakaran demi pertengkaran, kelaparan, orang Turki, dan bahkan orang-orang Indian.
Pada tahun 1609, setelah John Smith kembali dari Inggris, dan sepeninggalnya, koloni itu menjadi kacau. Selama musim dingin tahun 1609-1610, sebagian penduduk tewas akibat kelaparan dan penyakit. Dari total penduduk Jamestown yang berjumlah 500 orang hanya tersisa 60 orang yang mampu bertahan hidup  pada bulan Mei 1610.  Namun tidak lama kemudian terjadilah perkembangan yang merombak Virginia. Pada tahun 1612, John Rolfe  mulai menyilangkan benih tembakau dari India Barat dengan perdu asli Amerika dan menghasilkan jenis baru yang cocok dengan selera orang Eropa. Pengiriman tembakau ini pertama kali mancapai London pada tahun 1614. Dalam tempo sepuluh tahun, tembakau menjadi sumber pernghasilan terbesar Virginia.
Salah satu pemegang saham Virginia Company, George Calvert, Lord Baltimore, mempunyai ide untuk menguasai koloni tersebut sendiri. Ia sendiri masuk ke agama Katolik Roma, Calvert  mempunyai pemikiran besar untuk membangun perumahan dan mendirikan tempat perlindungan bagi orang – orang penganut Katolik Roma, korban diskriminasi politik di Inggris.  Dari Raja Charles I, Ia mendapat hak paten atas wilayah Virginia yang membentang dari Utara Potomac sampai Timur Teluk Chesapeake, Raja telah meng-Kristen-kan Maryland untuk menghormati istrinya yang menganut Katolik Roma, Seorang wanita Perancis – Henrietta Maria. George Calvert meninggal dunia sebelum pengakuan terhadap Maryland secara resmi, dan pengakuan tersebut dikeluarkan pada tahun 1623 kepada anak lelakinya – Cecillius, yang kemudian menjadi Raja ke-2 Baltimore. Orang-orang Maryland pada awalnya tahu tidak ada kematian besar-besaran, tidak terjadi wabah penyakit, dan tidak ada kelaparan.  Masalah Serius muncul dari perselisihan daerah perbatasan dengan orang-orang Virginia. Perselisihan  menimbulkan pertumpahan darah tetapi pada akhirnya  diselesaikan oleh keputusan Raja  yang menyokong Maryland.(Richard N. Current, 1965: 16)
2.      Koloni di Wilayah Selatan
Kehidupan koloni di wilayah selatan terbesar adalah menggantungkan pada bidang pertanian dan perkebunan lebih fokus pada status provinsi milik Inggris. Mulai muncul sikap para kolonis yang berasal dari para intelektual mengkritisi praktik pemerintah kolonial Inggris yang bersifat eksploitatif.
Masyarakat pemilik perkebunan di Selatan terdiri dari ratusan keluarga yang berasala dari kaum aristokrat. Mereka terpusat di pemukiman pantai Teluk Chesapeake da didaratan rendah South Carolina. Mereka merupakan kelas elite dalam masyarakat perkebunan, kelas sosial mereka didasarkan pada kekayaan, utamanya kepemilikan tanah-tanah perkebunan dan para budak.
Ekologi kolonial wilayah Selatan yang berbasis pada hasil pertanian dan perkebunan jelas mempengaruhi kultur. Haisl pertanian dan perkebunan itu sangat menguntungkan bagi pemerintah kolonial Inggris. Cuaca wilayah Selatan mendukung terjadinya basis kehidupan dari haisl pertanian dan perkebunan. Hasil panennya sebagian besar dinikmati oleh negara induk.
Virginia, sebagai koloni pertama Inggris di Selatan, pada 1619 telah menghasilkan tembakau mencapai 20.000 pound, dan pada tahun 1688 mencapai 18 juta pound. Merokok telah menjadi kebiasaan bagi orang-orang Eropa, merupakan kenikmatan, dan Virginia menempatkan para pemilik perkebunan menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam masyarakat koloni.  Masyarakat di Selatan selain terdiri dari pemilik perkebunan, petani, budak-budak, juga didapati sebagian masyrakat terdidik, para negarawan, dan pendeta.
Struktur sosial di Selatan yang berbasis ekonomi perkebunan menempatkan kelompok aristokrat sebagai the rulling class. George Washington adalah salah seorang negarawan pada masa koloni. Lapisan kelas setelah kelas menengah disebut sebagai orang kulit putih miskin yang berharga. Mereka itu digambarkan sebagai orang miskin, bodoh, dan seringkali sakit-sakitan. Kelas terbawah dari struktur sosial dalam masyarakat perkebunan adalah oarag-orang negro yang berstatus sebagai budak.  Pertanian dan perkebunan pada masa koloni sampai akhir abad ke-19, merupakan sumber penghasilan dan kemakmuran rakyat di wilayah tersebut.  
3.      Koloni di Wilayah Tengah
Kepemilikan koloni Inggris di Amerika Utara setelah berhasil menguasai Virginia dan Maryland, kemudian bangsa tersebut berusaha mencari koloni lain. Para kolonis mendapatkan daerah baru yang disebut The New England. Wilayah The New England meliputi Massachusetts, Rhode Island, New Hampshire, dan Connecticut.
a.      Massachussetts
Kelompok-kelompok orang Inggris yang berjasa mendapatkan daerah New England berasal dari kelompok orang-orang agamawan yang berselisih di Inggris. Mereka adalah kelompok orang-orang Puritan. Yang di maksud orang Purita adalah orang-orang protestan ekstrim yang menganut theolohi Calvinist, yang ingin memurnikan Gereja Inggris dari sisa-sisa Katholik yang masih dipertahankan di dalam Gereja itu. Selama pergolakan agama pada abad ke-16, sebuah kelompok yang terdiri dari lelaki dan wanita yang menyebut diri mereka  kaum Puritan mencoba mengubah Gereja Negara Inggris dari dalam. Pada hakikatnya mereka menuntut agar tata cara ibadah dan susunan gereja yang mengacu pada Katolik Roma diganti dengan bentuk kepercayaan dan ibadah Protestan yang lebih sederhana. Ide reformis mereka yang berupa penghancuran kesatuan negara gereja telah mengancam memecah belah masyarakat dan merongrong kekuasaan kerajaan.
Di tahun 1607, sekelompok kecil kaum separatis yaitu kaum Puritan radikal yang tidak percaya Gereja Negara dapat direformasi dan memisahkan diri ke Leiden, Belanda, tempat mereka mendapatkan suara dari penguasa di sana. Namun kaum Calvinis Belanda memanfaatkan mereka untuk menjadi pekerja kasar dengan bayaran murah. Beberapa anggota perhimpunan agama ini menjadi tidak puas dengan perlakuan diskriminatif ini dan memutuskan untuk bermigrasi ke Dunia Baru. Di tahun 1620, sekelompok kaum Puritan Laiden mendapat sebuah hak paten dari Virginia Company. Maka, sebuah kelompok berjumlah 101 orang yang terdiri dari laki-laki, wanita, dan anak-anak berlayar ke Virginia dengan kapal Speedwell dan Myflower pada 5 Agustus 1619.  
Badai mengirim kapal itu jauh ke utara hingga  mereka mendarat di Cape Cod, New England. Yakin bahwa mereka di luar kekuasaan mana pun, mereka menyusun perjanjian resmi untuk berpegang kepada ‘hukum yang adil dan setara’ yangdi buat oleh para pimpinan yang mereka pilih sendiri. Perjanjian ini adalah Mayflower Compact (Kesepakatan Mayflower).
Tentang Bagaimana Kaum Pilgrim Hidup (Pilgrim=peziarah)
Gambaran tentang Kaum Pilgrim diberikan oleh Edward Winslow dalam surat yang  Ia tulis sesaat setelah Ia mendarat. Ketika musim dingin yang pertama di New England, istri Winslow meninggal. Dua bulan kemudian, Ia kemudian menikah dengan Susannah  White, yang juga telah menjanda pada periode yang sama. White adalah wanita pertama yang melahirkan di New England, dan pernikahan Winslow dan White adalah pernikahan pertama di wilayah tersebut. Winslow terpilih menjadi gubernur beberapa kali karena Ia sangat ahli dalah bernegosiasi dengan pemimpin suku Indian Masassoit. Pada awalnya hanya terdapat tujuh rumah dan empat diantaranya digunakan untuk perkebunan. Pada musim semi terakhir seluas 20 acre dipakai untuk ditanami jagung Indian, untuk menyemai gandum dan kacang polong seluas 6 acre, dan menurut cara orang Indian, tanaman diberi pupuk ikan hering atau shad (semacam ikan laut). Kehidupan kaum pilgrim waktu itu sangat berlimpah kesenangan.
Di bulan Desember, kapal Myflower mencapai pelabuhan Plymouth. Di tempat inilah kaum Pilgrim sepanjang musim dingin membangu pemukima mereka. Nyaris separuh dari mereka tewas karena udara dingin dan penyakit. Gelombang baru imigran segera berdatangan di Pantai Teluk Massachussetts pada tahun 1630. Bekal mereka adalah mandat dari Raja Charles I untuk membentuk sebuah koloni. Banyak dari mereka adalah kaum Puritan yang praktek keagamaannya semakin dilarang di Inggris. Pemimpin mereka, John Winthrop, secara terbuka menyatakan ingin mendirikan “sebuah kota di atas bukit” di Dunia Baru. Dengan pernyataannya, ia memaksudkan sebuah tempat kaum Puritan akan hidup dengan peraturan ketat yang sesuai dengan kepercayaan mereka.
Koloni Teluk Massachussetts memegang peranan penting dalam perkembangan di seluruh kawasan New England. Keberhasilannya adalah karena Winthrop dan rekannya sesama kaum Puritan berhasil menerapkan anggaran dasar mereka. Dengan demikian, kekuasaan atas pemerintahan di koloni ini berada di Massachussetts, bukan di Inggris yaitu tepatnya di kota Baston. Dalam beberapa tahun saja Baston menjadi pusat koloni baru. 
b.      Rhode Island
Rhode Island yang mempunyai ibukota di Providence, pada awalnya didapatkan oleh seorang tokoh gerejani yang menganut agama Puritan. Orang tersebut bernama Roger William yang datang ke wilayah Plymouth pada tahun 1631. Roger Willian sebagai tokoh penting di koloni Rhode Island mendamaikan persengketaan tanah antara para pendatang dan orang-orang Indian. Demikian pula ia telah memikirkan adanya Konfederasi beberapa koloni di New England dalam menata pemerintahan koloni. Sebagai tokoh setempat, ia menolak berbagai paksaan yag terasa dari negara induk.  
Lima tahun setelah kedatanganya di Plymouth, ia beserta pendukungnya mulai membangun kota Rhode Island. Kota Providence sebagai ibukota berhasil dibangun tahun 1636. Rhode Island juga dijadikan sebagai pertanian dan perkebunan. Ia dikenal sebagai pendiri Gereja Baptis Amerika, hal itu berhasil dilakukan tahun 1638. Pendirian gereja itu dimaksudkan untuk mengkompromikan dengan theologi Calvinist oarang-orang turunan yang pernah dianutnya sampai akhir hayatnya.
c.       Connecticut
Seperti halnya dua wilayah lain di New England, di Connecticut juga memiliki latar belakang yang sama dari para migran yang sebagian besar berasal dari kelompok Puritan. Rupanya motif ekonomi lebih banyak mendorong terjadinya migrasi sebelum melakukanpenjelajahan ke New England itu, beserta rombongannya terlebih dahulu memita izin pada pemerintah Inggris untuk melakukan migrasi pada 1634. Mereka menemukan Connecticut pada 1636 di bawah pimpinan Thomas Hooker.
Dipimpin Thomas Hooker, mereka mengorganisasi pemerintahan koloni di Connecticut pada 1637 sebagai respon dari ancaman orang-orang Indian Suku Pequot, yang hidup di sebelah timur Sungai Connecticut.  Connecticut sebagai sebuah koloni Inggris mulai diorganisasi dengan baik. Pada 1639, pemerintah kolonial di Connecticut mulai menyusunperaturan yang disebut “Fundamental Orders Connencticut”, berisi sekumpulan undang-undang untuk menata pemerintahan. Dibentuk sebuah Majelis Umum yang anggotanya terdiri dari para wali kota, dipimpin oleh seorang gubernur dan wakilnya, mereka itu dipilh secara berkala.
Peristiwa yang amat mencolok dalam sejarah New England adalah dibentuknya Konfederasi New England 1643 yang anggotanya terdiri dari Connecticut, New Heaven, Plymouth, dan Massacusett. Tujuan dibentuknya Konfederasi adalah untuk menggalang kekuatan dalam menhadapi ancaman dari otang-orang Indian terutama bangsa Narragansett.
d.      New Hampshire
New Hampshire sebagai suatu koloni juga terdapat di wilayah New England. Tooh terkemuka dalam koloni tersebut yaitu Sir Verdinando Gorges dan Kapten John Mason yang pada 1622 telah berhasil mempersembahkan koloni itu kepada pemerintah Inggris. Wilayah itu teletak di lingkungan Sungai Pistacaqua. Atara kedua tokoh itu bersepakat bahwa pada 1629 membagi wilayah itu, Mason mengambil bagian sebelah selatan yang ia namakan New Hampshire. Pada 1630 mulai masuk imigran ke wilayah New Hampshire.  Dalam perkembangannya pada 1691 berhaisl didirikan kota koloni yakni kota Concord sebagai ibukota Koloni New Hampshire.
Ekologi wilayah New England tidaklah mendasarkan pada sistem ekonomi perkebunan seperti di bagian selatan, tetapi mengandalkan pada sistem ekonomi perdagangan dan industri. Dalam 1763, sebagian besar masyarakat New England masih sebagai petani, tetapi mulai banyak pula yang menjadi pedagang, ahli teknik, pelaut, nelayan, dan pengusaha. Keberhasilan memagfaatkan potensi hasil laut, warga New England mengembangkan jalur perdagangan maritim yang intensif.
 Kaum Puritan sebagai suatu anggota masyarakat di New England telah berhasil mentransformasikan desa-desa, tumbuh dan berkembang menjadi kota-kota di New England, meskipun di wilayah itu banyak sekali variasinya. Warga New England bagian Tengah tidak menginginkan orang-orang negro tetap menjai budak, tanpa pendidikan, sebaliknya mereka ingin memberikan hak-hak pilih seperti warga koloni. Konsep demokrasi pada masa kolonial telah disuarakan oleh para ahli politik Inggris. Nama John Wise pada tahun 1717 disebut-sebut sebagai tokoh yang menganjurkan betapa pentingnya konsep demokrasi. Ada pula alasan lain para koloni di New England bagian Tengah menentang terjadinya perbudakan. Praktik perbudakan di koloni Selatan jelas bertentangan dengan konsep Declaration of Independent. Setiap manusia mendapat hak kebebasan dan persamaan, demikian pula harud memperoleh perlindungan hukum. Perbudakan bertentanagn dengan hukum-hukum alam dan berlawanan dengan prinsip moral kemanusiaan.

Seperti halnya koloni di New England, kehidupan masyarakat koloi Bagian Tengah juga mendasarkan pada sektor perdagangan dan industri. Koloni-koloni yang termasuk wilayah tengah : Provinsi New York, New Jersey, Pensylvania, dan Delaware. Penduduknya terdiri dari multi bangsa antara lain : Inggris, Swedia, Finlandia, Belanda, dan Jerman. Di New York dan New Jersey kultur dan bahasa Belanda masih melekat selama masa koloni. Demikian di Delaware telah terjadi percampuran etnis antara orang Swedia dan Finlandia. New York dan Philadelphia merupakan pusat-pusat perdagangan di koloni bagian Tengah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar