Keadaan Amerika sebelum
Kedatangan Columbus
Sebelum columbus menemukan benua
amerika, sebenarnya telah ada beberapa bangsa yang pernah menginjakkan
kakinya di daerah pantai Benua Amerika. Bangsa itu antara lain adalah Bangsa
Asia (Timur-tengah) dan Eropa. Para pelayar dari Timur Tengah (Arab) sebelumnya
telah sampai di Benua Amerika, dan melakukan kontak dengan suku Pribumi
(Indian) di sana, buktinya adalah adanya beberapa suku Indian yang ternyata
sudah memeluk Agama Islam, lalu nama berbagai daerah di Amerika Latin
kebanyakan menggunakan awalan El seperti awalan Al dalam budaya Timur tengah
dan Islam, diantara yang menggunakan nama itu adalah El-dorado. Selain itu,
bangsa Eropa juga sebelumnya sudah sampai di Benua ini, tepatnya di daerah
utara. Ternyata wilayah tersebut pernah didiami oleh orang-orang Eropa Utara
seperti bangsa Skandinavia yang lebih dikenal Bangsa Noor atau lebih dikenal
dengan sebutan Viking dari derah Nordik (Norwegia). Pada masa Abad Pertengahan
suku-suku Viking sangat terkenal sebagai pelaut yang berani berlayar mengarungi
Samudera Pasifik. Salah satu rombongan suku Viking dipimpin oleh Leif Ericson
yang populer disebut Leif Ericson of The
Rad yang telah mendarat di pantai Kanada pada abad ke-10. Informasi
mengenai aktivitas orang Viking di Kanada tidak banyak meninggalkan jejak-jejak
sejarah sehingga sangat sulit untuk mengkisahkan. Dalam hikayat ini diceritakan
laporan Leif Ericson dan orang-orang Eropa pertama kali melihat pantai Amerika.
Penjelajahan Bangsa Eropa di Benua
Amerika antara lain:
1. Penjelajahan Bangsa Portugis
Eksplorasi yang sistematis terhadap "dunia
baru" Amerika dilakukan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Pangerah
Henry atau Prince Henry (1394-1460). Henry berambisi untuk mengembangkan
kejayaan Portugal dan oleh karena itu mendorong setiap penjelajah Portugal
untuk melakukan penjelajahan dan menemukan rute baru ke kawasan yang kaya akan
rempah-rempah, emas dan perak. Melalui kepeloporan Henry, bangsa Portugis
memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal dan pantai Afrika
Barat sebagai jalur perdagangan mereka. Sejak tahun 1500 bangsa-bangsa Eropa
lainnya memperoleh emas dari Lisabon sebagai pusat perdagangan emas di Eropa.
Pada tahun 1487 Bartholomeus Diaz mencapai
ujung selatan Afrika Selatan. Setelah mencapai Tanjung Harapan, Diaz kembali ke
Portugal. Penjelajahan ini kemudian diteruskan oleh seorang marinir Portugal
bernama Vasco da Gam a Dalam ekspedisi ketlua (1497-1499), Vasco da Gama
mencapai pelabuhan-pelabuhan India, dan sekembalinya ke Lisabon dia membawa
barang-barang yang sangat berharga di pasaran Eropa. Melihat banyaknya
barang-barang dagangan yang dibawa Diaz, raja Spanyol, Manuel (1495-1521)
mengirimkan 13 kapal baru ke India dibawah pimpinan Pedro AJvares Cabral.
Tujuannya adalah mendirikan pangkalan dagang di pelabuhan-pelabuhan India.
Pelabuhan-pelabuhan penting yang dikuasai bangsa Portugis akhirnya diserahkan
pada kekuasaan tahta Portugal. Misalnya pelabuhan-pelabuhan di Brazil, Amerika
Selatan, yang telah dikuasai para pedagang Portugis diserahkan kepada tahta
Spanyol. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan dagang di Afiika, Jazirah
Arab dan India diakui sebagai milik tahta Portugal.
Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brazil pada
tanggal 22 April 1500 merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika
Selatan. Kota-kota pelabuhan India, seperti Calicut dan Goa dan pelabuhan Ormuz
di Iran diserangnya. Dibawah gubernur Portugal di India, Alfonso Albuquerque
(menjabat antara 1509-1515), kota-kota tersebut diserahkan kepada tahta
Portugal. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang semula dikuasai
para pedagang Islam dari Arab, India, Melayu, Maluku dan Malaka ditaklukkannya.
Pelabuhan Malaka yang sangat raniai dan strategis di Selat Malaka direbutnya
tahun 1511, demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan Maluku, sebagai pusat
penghasil rempah-rempah, dikuasainya. Dengan penguasaan langsung-daerah-daerah
yang ditaklukkannya maka negara Portugal mulai merintis politik
imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang ditaklukkannya
sebagai bagian dari imperium seberang lautan Portugal, dan dikuasai langsung
oleh pemerintah pusat di ibukota Lisabon, Portugal. Portugal merupakan negara
pertama sejak jaman penjelajahan yang menguasai daerah imperium seberang
lautan. Melalui politik imperialisme, Portugal memaksa bangsa-bangsa yang
dikuasainya untuk tunduk pada aturan politik dan ekonomi yang dibuatnya. Dengan
deniikian para pedagang yang berada di bawah kekuasaan bangsa Portugis harus
menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga yang ditentukan oleh mereka.
2. Penjelajahan
Bangsa Spanyol.
Pelayaran Christopher Columbus (1451-1506)
tahun 1492 dapat ditempatkan dalam konteks penjelajahan bangsa Eropa ke benua
"baru" Amerika. Columbus yakin bahwa dia dapat menemukan rule
terpendek ke arah timur dengan cara berlayar ke arah barat menyeberangi
Atlantik. Dia menyangka San Salvador adalah India, negeri yang kaya akan bahan
rempah-rempah. Antara tahun 1492-1502 Columbus melakukan empat kali pelayaran
ke Amerika dan menemukan kepulauan Caribia. Sampai dia mati, pulau-pulau yang
didarataninya seperti Haiti, Dominica, Puerto Rico, Jamaica, Cuba dan Honduras
masih diyakininya sebagai India. Melalui rintisannya bangsa Spanyol memperoleh
pengetahuan mengenai benua baru Amerika yang kemudian dijadikan sebagai wilayah
koloni Spanyol.
Raja Spanyol Ferdinand dan Ratu Isabela
akhirnya mensponsori penjelajahan berikutnya ke Amerika untuk menghadapi
dominasi bangsa Portugis yang telah melakukan penjelajahan dunia. Tindakan raja
Spanyol itu menimbulkan protes Spanyol yang menganggapnya telah mengancam
kepentingan Portugal di Amerika. Paus Alexander VI menengahi pertentangan
tersebut dengan cara menarik garis demarkasi antara Spanyol dan Portugal tahun
1493. Dalam tahun 1494 kedua negara sepakat dalam Perjanjian Tordesilas bahwa
Portugal akan menguasai Brazil dan sisa benua Amerika oleh Spanyol. Tentu saja
perjanian tersebut tidak berlaku bagi negara-negara lain yang juga berambisi
menguasai Amerika. Niat untuk mencan jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan
oleh bangsa Spanyol. Penguasa Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad
Magellan (1480-1521) untuk menemukan jalur langsung ke kepulauan Maluku
sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Magellan berlayar ke arah barat-daya
melintasi Samudera Atlantik, dan sampai ke ujung selatan benua Amerika. Dari
sana dia menyeberang ke Samudera Pasifik menuju arah Barat dan sampai di
kepulauan Filipina tahun 1521 (pemberian nama kepulauan Philipina dilakukan
tahun 1560 setelah kepulauan tersebut berada di bawah imperialisme Spanyol atas
'nama raja Philip II).
Di kepulauan tersebut Magellan terbunuh.
Namun deniikian pelayaran terus dilakukan oleh anak buahnya hingga tiba kembali
di Spanyol thun 1522. Pelayaran Magellan berpengaruh besar bagi dunia ilmu
pengetahuan dan membuktikan teori Columbus bahwa dunia ini bulat. Pelayaran ini
juga memberi keterangan yang berharga bahwa Samudera Pasifik demikian luas dan
bumi ini lebih besar dibandingkan dengan yang selama itu dipercayai orang,.
Penjelajahan bangsa Spanyol ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi.
Hernando Cortez (1485-1547) berhasil mencapai Meksiko dan menaklukkan
kerajaan Aztec yang dikuasai kaisar Montezuma. Sisa-sisa peradaban Aztec
dihancurkannya dengan kejam. Demikian juga dengan kerajaan Inca di Peru
dihancurkan oleh bangsa Spanyol yang dirintis oleh penjelajahan Francisco
Pizarro (1470-1541). Daerah-daerah baru di Amerika Latin dikuasainya dan
dijadikan sebagai bagian dari imperium Spanyol. Penaklukkan itu disusul dengan
migrasi penduduk Spanyol ke daerah yang ditaklukkannya. Pada abad ke 16 di
Amerika Selatan telah terdapat 200.000 penduduk Spanyol.yang melakukan
kolonisasi.
3. Penjelajahan
bangsa Perancis, Belanda.
Penjelajahan
bangsa Perancis ke Amerika dimulai oleh Giovanni da Verazzuno (1524) yang
menjelajah pantai Atlantik dan mencari sungai yang bisa dilayari ke arah
daratan. Dalam ekspedisi selama bertahun-tahun itu, ia memasuki kawasan Teluk
Delaware, kemudian bergerak menuju Teluk New York, kemudian dilanjutkan
bergerak ke Timur Laut dan mendapatkan daerah yang disebut Cape Breton Island, akhirnya ia pulang ke Perancis dengan selamat
dan segera memberitahukan pada raja tentang hasil ekspedisinya ke Benua
Amerika.
Sepuluh
tahun kemudian tahun 1534, Jacques Cartier di utus Francis I untuk melanjutkan
ekspedisi itu. Dalam ekspedisinya ia mendapatkan Teluk St. Lawrence yang
diangapnya sebagai daerah Montreal, Kanada Dewasa ini.
Dalam tahun 1608 Samuel de Champlain
melakukan sebelas kali eksplorasi ke Amenka Utara dan menemukan Quebec. Daerah
yang sekarang menjadi wilayah Kanada tersebut dihuni oleh orang-orang keturunan
Perancis. Keberhasilan ekspedisi dan upaya melakukan kolonisasi di Kanada
menjadika ia diberi julukan sebagai “The
Father of New France”.
Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis
dan Spanyol melakukan penjelajahan dunia termasuk ke Amenka. Para penjelajah
Belanda sudah banyak yang mendarat di kepulauan Indonesia sejak tahun 1600-an,
terutama setelah tibanya kapal Cornelis de Houtman di Banten tahun 1596. Pada
tahun 1602 para penjelajan dan pedagang Belanda telah mendirikan perserikatan
dagang Belanda di Indonesia dengan nama VOC. Organisasi dagang tersebut
merupakan alat untuk melaksanakan kolonialisme Belanda di Indonesia dan Sri
Lanka.
Kolonisasi Belanda di Amerika dimulai
sejak didirikannya West India Company di Pulau Manhattan tahun 1624 sebagai
pangkalan dagang kulit binatang di kawasan Amerika. Pada tahun 1650 organisasi
dagang Belanda di Amerika Selatan berhasil merebut beberapa pangkalan dagang
Spanyol dan Portugal sehingga akhirnya organisasi itu mampu mengontrol jaringan
dagang antara Amerika dan Eropa. Belanda juga mendirikan koloni di New
Netherland. Namun demikian koloni tersebut tidak berkembang, bahkan tahun 1664
koloni tersebut direbut oleh Inggeris dan diganti dengan nama New York. Belanda
lebih tertarik terhadap koloninya di Asia, Indonesia.
4. Penjelajahan
Bangsa Inggris
Para penjelajah Inggeris juga tidak mau
ketinggalan dalam meramaikan penjelajahan dunia. Dimulai dengan penjelajahan
John Cabot (pedagang Genoa yang tinggal di London), yang berniat berlayar ke
Brazil tetapi mendarat di Canada (Newfoundland) tahun 1497, penjelajahan Inggris berusaha menemukan
"daerah baru", seperti penjelajah Drake (1577-1580) yang berhasil
mengelilingi dunia, Gilber, dan Releigh menjelajah daratan Amerika Utara.
Kebijaksanan politik Ingeris dalam
melakukan kolonisasi di Amerika Utara sejak abad ke-16 berkaitan dengan situasi
politik di dalam negeri. Walaupun klaim Inggris terhadap Amerika Utara
berlangsung sejak penjelajahan John Cabot (1497), klaim tersebut tidak diikuti
dengan tindakan nyata. Pada akhir abad ke-16 Monarki Tudor telah mengubah
kerajaan Inggris sebagai kekuatan utama di Eropa yang siap bersaing dengan
negara-negara lainnya dalam melakukan eksploitasi benua baru. Setelah keluar
dari krisis monarki abad ke-15 yang dikenal dengan "Wars of Roses"
atau perang-perang bunga ros dalam tubuh keluarga monarki, Inggris memasiki
abad ke-16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam negeri. Tampilnya
keluarga Tudor yang dipimpin oleh Henry VII (1485-1509) dan Henry
VIII (1509-1547) ditandai dengan upaya mempersatukan semua keluarga monarki
yang bertikai dan menyatukan kesetiaan semua warga negara terhadap tahta
kerajaan.
Pada masa pemerintahannya, Henry VIII
telah dapat memperoleh kekuasaannya atas semua keluarga kerajaan, kecuali atas
kekuasaan Paus di Roma. Ketika istri pertama Henry, Catherine of Aragon tidak
melahirkan anak laki-laki sebagai putra mahkota, Henry meminta Paus di Roma
untuk membatalkan perkawinannya. Ketika Paus menolak, Henry menentang Paus dan
meminta Parlemen Inggris untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Katholik di
Roma. Akhirnya Parlemen pada tahun 1534 sepakat untuk menghasUkan undang-undang
yang mengesahkan terbentuknya sistem gereja Inggris yang berada di bawah
kekuasaan Raja Inggris. Dengan undang-undang tersebut, Henry, sebagai raja
Inggeris memiliki kewenangan atas pajak yang dipungut oleh gereja serta tanah
yang dikuasainya. Peristiwa tersebut merupakan saluran bagi terbentuknya
reformasi gereja dan protestanisme di Inggeris.
Setelah memperoleh kekuatan politik di
dalam negeri, Henry berusaha meningkatkan kekuatan ekonomi dalam negeri melalui
perdagangan luar negeri. Sistem pemagaran tanah atau enclosure telah
mampu meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan sehingga mampu
meningkatkan ekonomi Inggris melalui ekspor wool dan hasil pertanian. Sistem tersebut
juga telah menguntungkan golongan tuan tanah dan para pedagang Namun demikian,
akibat dari sistem tersebut telah banyak petani yang kehilangan lahan
garapannya dan meningkarnya urbanisasi. Antara tahun 1560-1625 penduduk Inggris
telah meningkat tiga kali lipat sehingga menimbulkan kesan pada pemerintah dan
warga Inggris bahwa kota-kota besar mereka telah berpenduduk terlalu banyak
(overpopulated).
Untuk mengatasinya, pemerintah Inggris
berusaha mencari daerah koloni baru sebagai tempat tinggal warganya. Amerika
sebagai benua baru merupakan pilihan utama untuk tujuan itu. Kaum migran yang dikirim
Inggris diharapkan akan mampu meningkatkan produktifitasnya untuk kepentingan
ekonomi kerajaan Inggris, seperti halnya telah dilakukan oleh bangsa Spanyol di
New Spain, Amerika. Dalam merealisasikan tujuan itu, Inggris harus bersaing
dengan Spanyol. Setelah mendapat laporan dari Richard Hakluyt, seorang
pendukung kolonisasi Inggris di Amerika yang menyatakan bahwa Spanyol merupakan
ancaman utama bagi kepentingan kolonisasi Inggeris di benua baru tersebut,
Inggeris mulai meninjau hubungan persahabatannya dengan Spanyol. Pada masa
pemerintahan Elizabeth I (1558-1603) hubungan Inggris dan Spanyol putus yang
disebabkan oleh putusnya hubungan gereja Inggeris dengan Roma dan dukungan
Inggeris terhadap gereja Protestan Belanda dalam melawan gereja Katholik
Spanyol. Pada tahun 1560-an, John Hawkins merebut sejumlah pangkalan dagang
Spanyol di kepulauan Caribia dan menjual budak-budak Afiika terhadap pengusaha
perkebunan di kawasan itu. Saudara sepupu Hawkins, Francis Drake juga merebut
West Indies Spanyol tahun 1570-an. Antara tahun 1577-1580, Drake merebut kapal
Spanyol yang bermuatan emas di kawasan Pasifik dan mendirikan Calofonu'a.
Sedangkan perusahaan Cathay membiayai perjalanan Martin Frobister (1576-1578)
untuk mengeksplorasi daerah Kanada.
Keberhasilan para penjelajah Inggris di
Amerika terhadap kedudukan Spanyol tersebut mendorong Inggris untuk
mengintensifkan kolonisasinya atas Amerika Utara. Atas dukungan pemerintah
Inggeris, Sir Humprey Gilbert (1539-1583) berhasil mendaratkan 200 pemukim
potensial di Newfoundland tahun 1583 dan diteruskan oleh sudara tirinya, Sir
Walter Raleigh (1552-1618) yang mendirikan koloni Virginia atas penghargaan
terhadap ratu Elizabet I yang masih virgin atau perawan. Sedangkan upaya untuk
mendirikan koloni di Pulau Roanoke gagal setelah tahun 1590 diketahui bahwa
semua pemukim di sana telah musnah yang sampai sekarang tidak diketahui
penyebabnya.
Kegagalan dalam mendirikan beberapa
koloni di Amerika Utara dijadikan bahan pelajaran oleh Ratu Elizabeth I.
Pertama; keberhasilan kolonisasi tergantung pada sumber pertanian agar para
pemukim tidak tergantung pada orang-orang Indian. Kedua; kaum kolonis harus
memelihara hubungan langsung dengan negeri induk, Inggeris. Ketiga,
perkembangan koloni tergantung pada dukungan finansial melalui perusahaan pasar
modal yang dikelola secara profesional. Upaya terakhir tersebut baru terwujud
pada awal abad ke-17.
5.
Migrasi kaum Puritan ke
Amerika.
Migrasi sekelompok penganut agama dari
Inggeris ke benua Amerika berkaitan dengan konflik dalam kehidupan agama di
Inggeris. Perpecahan hubungan antara gereja di Inggeris dengan Gereja Katholik
Roma pada masa Henry Vin (1509-1547) telah mengubah tatanan keagamaan di
Inggeris yang disusul dengan perubahan-perubahan kebijaksanaan yang dilakukan
oleh raja-raja seterusnya. Raja Edward VI (1547-1558) mencoba menerapkan
Protestanisme dalam kehidupan agama. Sedangkan anak Henry yang bernama Mary
(1553-1558) mencoba mengembalikan kehidupan agama Katholik di bawah pengaruh
Paus di Roma. Sedangkan Elizabeth I (1558-1603) mencoba mencari jalan tengah
antara ajaran Katholik dengan Protestan. Sikap Elizabeth ini sama dengan Henry
VIII yang menempatkan Raja Inggeris sebagai pemimpin Gereja Inggeris tetapi
masih mengakui beberapa prinsip ajaran Katholik, kecuali kepemimpinan Paus di
Roma. Selama pemerintahan Mary, banyak penganut Protestan meninggalkan Inggeris
menuju daratan Eropa untuk menghindari penyiksaan. Ketika Elizabeth naik tahta
tahun 1553, mereka kembali ke Inggeris dan menuntut agar sikap kompromi Ratu
Elizabeth terhadap tradisi Katholik yang masih dianutnya dihapuskan.
Kelompok penganut Protestan
"radikal" yang kemudian dikenal dengan Puritan tersebut
menginginakan adanya reformasi dan pembersihan gereja Inggeris dari pengaruh
Katholik Puritan sebagai aliran agama mendapat dukungan yang luas dari berbagai
kalangan mulai dari orang-orang Inggeris yang tidak puas dengan keadaan sosial
saat itu seperti pengangguran, perampasan tanah akibat esclosure, serta
para pedagang dan kaum aristokrat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat
imflasi. Dalam menjalankan kehidupan agamanya, mereka menghendaki pentingnya
memelihara ketertiban dalam beragama dan kehidupan sosial. Para penganutnya
percaya bahwa Puritan bukan hanya mampu menjelaskan pengalaman-pengalaman
religius penganutnya melainkan juga bisa dijadikan alat untuk memecahkan
masalah-masalah sosial. Karena rasa tidak puas dengan kondisi di Inggeris tersebut
sebagian penganut Puritan memilih berimigrasi ke benua baru Amerika, terutama
New England.
Dengan demikian, migrasi orang-orang Inggeris
ke Amerika bukan hanya disebabkan karena daya tank Amerika melainkan juga rasa
tidak puas warganya terhadap situasi di Inggeris. Para pembangkang Protestan
yang tidak setuju dengan Gereja Anglikan di Inggeris sebenarnya terbelah
menjadi dua kelompok, yaitu Separatist dan Puritan (non separatis).
Walaupun kedua aliran tersebut sepakat mengenai aspek-aspek penting dalam
kehidupan agama, keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai kedudukan
gereja. Aliran Puritan, yang lebih moderat dan memiliki jumlah pengikut lebih
banyak, percaya bahwa Gereja Inggeris merupakan gereja yang "benar"
walaupun masih perlu direformasi. Menurut para pendukungnya, adalah penting
bagi seorang Kristen untuk tetap menjalin hubungan dan beribadah di gereja
Inggeris (Anglikan) untuk meningkatkan upaya reformasi mereka. Sedangkan
menurut penganut Separatis, beribadah di gereja Anglikan merupakan perbuatan
dosa, karena itu penganutnya hanya boleh beribadah di gerejanya. Dalam
kehidupan religi, pengaruh Puritan nampak lebih besar pada kehidupan agama dan
politik di New England.
6.
Awal Kolonisasi Amerika
Utara.
Kolonisasi awal Amerika Utara oleh
Inggeris mulai lebih intensif sejak pemerintah dipegang oleh Raja James I
(1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart. Untuk mempermudah kaum kolonis
memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I mendekati kembali Spanyol dan
mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah perjanjian tersebut, Inggeris
mulai menata kembali rencananya mengenai kolonisasi atas Virginia. Didorong
oleh kepentingan ekonomi, dua kelompok pedagang yaitu Virginia Company dan
Virginia Company of Plymouth meminta raja Inggeris untuk mendirikan perusahaan
pasar modal untuk membiayai kolonisasi Amerika Utara. Setelah itu berbondong-bondong
kaum migran dari Inggeris mendatangi benua baru tersebut. Namun demikian,
karena ganasnya alam Virginia dan tidak cocoknya iklim di sana menyebabkan
ribuan kaum migran mati.
Dalam tahun 1622 tercatat 6000 migran
mati dari 8000 yang sudah bermukim di sana. Kematian tersebut ternyata tidak
menyurutkan kaum pionir, kaum imigran pekerja keras, untuk terus mencari sumber
daya alam bagi keuntungan komersial. Percobaan John Rolfe di bidang tanaman
tembakan tahun 1622 ternyata membuahkan hasil. Setelah dikembangkan
bertahun-tahun, akhirnya Virginia menjadi daerah koloni yang sangat subur bagi
produksi tembakau dan mampu meningkat ekonomi koloni tersebut. Model kolonisasi
awal Amerika Utara, selain atas sponsor pemerintah Ingeris juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
dagang yang mencari komoditi ekspor. Virginia dan Massachussetts merupakan
contoh dari dua daerah koloni yang dikembagkan oleh perusahaan-perusahaan
swasta yang juga mendapat sponsor dari Raja Inggeris.
Para migran kaya yang juga pengusaha
berani mengeluarkan biaya dalam jumlah besar untuk mengongkosi para pekerja
dari Inggeris. Mereka mendirikan pusat-pusat pemukiman kaum migram yang
kemudian menjadi daerah-daerah koloni yang memiliki model pemerintahan sendiri.
Pusat-pusat pemukiman seperti New Hampshire, Maine, Maryland, Carolina, New
Jersey dan Pensylvania, adalah kepunyaan para pengusaha yang berasal dari
kalangan bangsawan kaya yang menyewa tanah tersebut dari raja Inggeris dengan
bayaran yang sangat rendah atau hanya bersifat lambang saja. Misalnya Lord
Baltimore hanya memberikan dua buah anak panah kepada raja setiap tahunnya dan
william Penn hanya memberikan dua lembar kulit binatang. Dengan karakteristik
daerah koloni dan asal usul yang berbeda-beda namun memiliki persamaan dalam
hal dibangun oleh kaum imigran para pertengahan abad ke-17 telah terbentuk tiga
belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire, Massachusetts, Rhode
Island, Connecticut, Delaware, New York, New Jersey, Pennsilvania, Maryland,
Virginia, North Carolina, South Carolina dan Georgia. Ketiga belas daerah
koloni tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Amerika Serikat tahun 1776
setelah meletusnya revolusi yang digerakkan oleh kaum kolonis.
Berbagai motivasi orang-orang Eropa
bermigrasi ke benua baru Amerika pada abad ke-16. Motivasi agama, seperti yang
dijelaskan di atas merupakan faktor penting. Selain dari Inggeris, banyak juga
orang-orang Jerman dan Irlandia bermigrasi ke Pennsylvania dan North Carolina
berusaha mencari kebebasan agama. Demikian juga dengan faktor politik. Banyak
orang-orang dekat kerajaan dari kalangan aristokrat yang tidak setuju dengan
kesewenang-wenangan Raja Charles I tahun 1640-an meninggalkan Inggeris menuju
Virginia. Faktor ekonomi bekaitan dengan banyaknya kaum imigran yang
berlatarbelakang ekonomi tidak mampu di Inggeris dan belahan Eropa lainnya
berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika. Bagi mereka yang tidak
mampu membayar biaya perjalanannya akan ditangngung oleh perusahan yang kelak
akan mempekerjakan mereka di negeri baru.
Sebagian di antara mereka juga adalah
tawanan di Inggeris dan kelak menjadi pelayan kontrak di Amerika. Imigran
setengah budak Eropa tersebut menjadi pemukim koloni-koloni Amerika setelah
mereka dibebaskan oleh majikannya menyusul selesainya masa kontrak mereka.
Ketiga belas daerah koloni baru di Amerika tersebut didirikan oleh kaum kolonis
dalam jumlah kecil pada awal abad ke-17. Koloni Virginia pertama kali
dihuni oleh seratus kolonis tahun 1607 yang kemudian berkembang menjadi pusat penghasiian
tembakau yang sangat baik kualitashya. Sedangkan Maryland pertama kali
didirikan oleh seorang pioner benama George Calvert. Calvert sebagai seorang
penganut katholik Roma mengembangkan koloni ini sebagai pusat penghasil
tembakau, gandum dan jagung. Walaupun pendirinya beragama katholik para pemukim
di koloni ini sebagian besar berasal dari kalangan Protestan Undang-undang
Tolerasi Agama yang dikeluarkan tahun 1649 menjamin tolerasi kehidupan agama di
Maryland.
Pada tahun 1660 Maryland dan Virginia
berkembang menjadi koloni-koloni yang memiliki persaman di bidang agraria
(penghasil tembakau), politik dan pemerintahan sendiri. Karena kebutuhan akan
tenaga kerja di bidang industri tembakau. kedua koloni tersebut menerapkan
sistem perbudakan terhadap penduduk kulit hitam dari Afrika. New England pertama
kali dihuni secara permanen sebagai sebuah koloni oleh sekelompok
"pejiarah" atau the Pilgrims tahun 1620. Kaum pejiarah ini merupakan
kelompok Separatis yang pemah mengungsi ke Belanda tahun 1607 untuk menghindari
tuntutan penguasa Inggeris. Walaupun memperoleh kebebasan di bidang agama di
Belanda, kelompok ini menderita secara ekonomi. Kbndisi ini dimanfaatkan oleh
London Company untuk mengangkut mereka dengan kapal Mayflower ke New
England dan diperkerjakan di perusahaan tersebut.
Kelompok ini bermukim di Plymouth Coloni
yang tidak berkembang dengan baik. Akhirnya koloni ini digabuingkan dengan
Massacussett Bay tahun 1691 yang berkembang lebih cepat. Pada tahun 1643,
koloni-koloni yang berada di wilayah New England seperti Massachusetts Bay,
Connecticut, Plymouth dan New Haven membentuk konfederasi untuk menghadapi
klaim Belanda dan menciptakan kebijaksanaan bersama menghadapi orang-orang
Indian. Koloni-koloni tersebut tidak akan lagi menggantungkan bantuan dari
Inggeris yang pada saat itu sedng dilanda perang sipil. Mereka ingin
menunjukkan independensinya dari negeri induk mereka, Inggris. Namun demikian,
antara tahun 1660-1700, Inggris masih terus berusapa memperluas daerah
koloninya dengan cara memaksakan dan mempengaruhi penguasa di daerah koloni
tersebut. Koloni-koloni tersebut tetap menjadi bagian dari imperium Inggeris.
Dengan banyaknya kelompok imigran dari berbagai
negara seperti Inggeris, Jerman, Belanda Irlandia, Skotlandia, Swiss, Perancis
dan lain-lain maka sejak tahun 1680 koloni Amerika telah menjadi pusat
percampuran kebudayaan dari berbagai negara. Dari jumlah seperempat juta
penduduk berbagai ras dan etnik tahun 1690 telah meningkat menjadi 25 juta
tahun 1775. Namun demikian karena jumlah orang Inggeris mencapai sembilan puluh
persen dari jumlah kelompok migran maka kebudayan Inggeris tetap dominan di
ketigabelas daerah koloni tersebut. Kebudayan Inggeris yang berkembang di sana
tentu saja telah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Amerika yang juga
dipengaruhi oleh kebudayaan golongan migran yang dibawa dari Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar