KETERLIBATAN AMERIKA
SERIKAT DALAM PEMBENTUKAN NEGARA INDONESIA
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen
Pengampu Dr. Suranto, M.Pd
Tugas Individu
Oleh:
RUSYDAH
BINTA QUR-ANIYAH
120210302032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah “Keterlibatan Amerika Serikat Dalam
Pembentukan Negara Indonesia” yang
merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Sejarah
Amerika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr. Suranto, M.Pd.,
selaku Dosen pengampu mata kuliah Sejarah Amerika yang telah membimbing;
2.
Teman-teman yang telah
memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 7 Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul............................................................................................... ....................... 1
Kata Pengantar.............................................................................................. ....................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ ....................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................... ....................... 4
1.1
Latar Belakang............................................................................. ....................... 4
1.2
Rumusan Masalah........................................................................ ....................... 4
1.3
Tujuan.................................................................................................................. 4
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................................... 5
2.1
Sejarah Hubungan Kerjasama Indonesia-Amerika.............................................. 5
2.2
Intervensi Amerika Serikat di Indonesia............................................................. 6
BAB 3. SIMPULAN............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam keadaan internasional itu Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir
semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting,
salah satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa
AS adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya
adikuasa. Hubungan Indonesia – AS cukup kompleks. Hal itu disebabkan oleh
banyak faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat Indonesia sebagai
Negara-bangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai Negara-bangsa.
Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat
positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena AS
dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. AS juga
dinilai positif karena orang Indonesia mendengar atau membaca betapa di AS
banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak yang mengetahui cerita
tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk membuat
kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS adalah negara
yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran orang Indonesia
terhadap Amerika.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana sejarah hubungan kerjasama
Indonesia - Amerika ?
2.
Bagaimanakah intervensi Amerika
Serikat di Indonesia ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui sejarah hubungan
kerjasama Indonesia - Amerika
2. Memamahi
cara Amerika Serikat mengintervensi negara Indonesia intervensi
BAB
1. PENDAHULUAN
2.1
Sejarah
Hubungan Kerjasama Indonesia – Amerika
Dalam
hubungan internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua
negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting, salah
satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa Amerika
Serikat adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya
adikuasa. Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai
pandangan amat positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara
lain karena Amerika dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang
menjajah Indonesia.
Namun dalam
masa pendudukan tentara Jepang atas Indonesia dalam Perang Dunia 2 Bung Karno
sering berpidato yang kurang positif terhadap Amerika Serikat. Hal itu antara
lain keluar dalam seruan yang cukup sering diucapkannya, yaitu Amerika
Kita Seterika, Inggris Kita Linggis!. Akan tetapi seruan demikian
lebih banyak karena usaha Bung Karno untuk mengamankan bangsa Indonesia dari
tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam. Itu sebabnya Indonesia setuju ketika
pimpinan Komisi Tiga Negara yang bertugas menengahi konflik Indonesia-Belanda
dipegang oleh Amerika Serikat, dengan Australia dan Belgia sebagai anggota
Komisi lainnya. Namun pandangan positif bangsa Indonesia terhadap Amerika tidak
sepenuhnya terbalas oleh sikap serta penilaian serupa dari Amerika terhadap
Indonesia. Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia adalah kronologis
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan setelah Indonesia merdeka, yang
membawa dampak kepada hubungan kenegaraannya dengan Amerika Serikat. Hubungan
awal sebelum kemerdekaan 1801 – 1942 antara lain:
Thomas Hewes adalah konsul Amerika
Serikat pertama yang menjabat di Batavia, Jawa pada 24 November 1801 dan
selesai menjabat pada 26 Januari 1802. Konsulat
ini kemudian tutup pada 27 Februari 1942 dan
dibuka kembali pada 24 Oktober 1945.
Robert R Purvis menjadi Agen
Perdagangan di Medan, Sumatra yang
ditunjuk oleh Mentri Luar Negri AS pada 12 Juli 1853; kemudian
kantor Agen Perdagangan dijadikan kantor wakil konsulat di tahun 1866 dan
agen konsulat di tahun 1898. Kantor agen perdagangan ini
kemudian diperintahkan untuk ditutup pada 4 Januari 1916 dan
menjadi konsulat dengan Horace J. Dickinson sebagai konsul yang pertama
pada 21 Juli 1917. Konsulat
ini sendiri kemudian ditutup pada 25 Juli 1917.
Joseph Balestier menjadi konsul
di Riau, Kepulauan
Bintan pada 11 Oktober 1833 penunjukannya
disahkan pada 10 Februari 1834. Tidak
jelas kapan perwakilan di Riau ini akhirnya ditutup.
Carl Van Oven menjadi agen konsuler
pada 11 Januari 1866 di Surabaya, Jawa. Kantor ini
kemudian menjadi konsulat dengan ditunjuknya Harry Campbel pada 25 Mei 1918. Konsulat
Surabaya kemudian ditutup pada 22 Februari 1942 dan
dibuka lagi untuk umum pada 27 Mei 1950.
Edward George Taylor menjadi agen
konsuler di Semarang, Jawa
pada 10 Juli 1885. Agensi ini
kemudian ditutup pada 1 Oktober 1913
Pendaratan
pertama tentara Amerika di Indonesia pada masa Perang Dunia II
2.2
Intervensi
Amerika Serikat di Indonesia
Dalam
setiap pergolakan sosial politik para sipil selalu dibuat sebuah permainan oleh
para angkatan militer. Latar belakang dari pergolakan sosial politik tersbut
sering sebut dengan "intervensi" barat atau Amerika Serikat yang
merupakan sebuah kekuatan politik dominan di dunia. Intervensi barat/ Amerika
Serikat itu bisa dalam bentuk intervensi langsung yaitu Amerika Serikat secara
aktif dan terbuka memainkan peranannya dalam sebuah negara. Amerika Serikat
dapat memainkan perannya melalui lembaga internasional seperti PBB maupun
memainkan peran sebagai dalang dibelakang layar. Peran Amerika Serikat yang
selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga negara lain ini merupakan
"kebiasaan" atau tradisi yang selalu diperankan oleh Amerika Serikat.
Amerika "selalu merasa terpanggil" jika ada situasi politik suatu
negara yang khaos/chaos, terjadi pergolakan, pergantian /transisi regim secara
inkonstitusional, kudeta, perang saudara, konflik militer, pelanggaran HAM
masif dan massal dan seterusnya disuatu negara.
Konstitusi
Amerika Serikat "mewajibkan" pemerintahnya untuk menjadi polisi dunia
dan penegak keadilan, HAM dan demokrasi di seluruh dunia. Kewajiban dan
tanggungjawab itu akan semakin besar jika Amerika Serikat menilai ada
kepentingan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang terganggu atau terancam.
Berdasarkan konstitusi dan kepentingannya itulah (sosial, politik, ekonomi dan
militer), Amerika Serikat akan melakukan intervensi terhadap suatu negara Standard
operating procedure (SOP) intervensi Amerika Serikat sesuai mandat
konstitusi sudah baku. Ada kriteria-kriteria dan prasyarat-prasyarat tertentu
untuk masing-masing jenis atau tingkatan intervensi. SOP pertama tentu saja
melalui mekanisme PBB. Modus ini dipakai utamanya jika negara yang sedang
bergolak merupakan negara yang memiliki aliansi atau afiliasi politik atau
militer dengan kekuatan politik lain selain Amerika Serikat. Misalnya negara
tersebut merupakan anggota NATO, MEE, commonwealth, Liga Arab, uni afrika, dst.
Amerika Serikat tidak bisa langsung masuk intervensi ke negara tersebeut untuk
beraksi. Hal ini selain disebabkan khawatir intervensinya akan menyebabkan
kemarahan pihak lain, mencegah eskalasi konflik yang meluas, juga menghindarkan
Amerika Serikat dari kecaman dari pihak-pihak lain yang tidak suka dengan
intervensi Amerika Serikat itu. Apabila terkait denga biaya "perang/intervensi" yang akan
ditanggung, Amerika Serikat tentu saja tidak mampu untuk menanggung beban biaya
sendiri dalam menyelesaikan setiap konflik/pergolakan politik.
Khusus
untuk RI, Amerika sudah punya pola atau modus yang teruji keberhasilannya yaitu
Amerika menggunakan strategi intervensi tak langsung. Strategi intervensi tak
langsung atau dikenal dengan nama Asymetric Warfare strategy. Operasi
ini bukan dikomandoi oleh pentagon tetapi CIA atau Central Intellegent Agency
adalah salah satu badan intelejen Amerika yang boleh beroperasi di seluruh
dunia di luar Amerika. Satu lagi badan intelelejen Amerika yang sangat besar
dan berkuasa adalan NSA atau National Security Agency. NSA lebih
besar dari CIA tapi fokusnya untuk menjaga keamanan negara AS dari ancaman
musuh atau kekuatan asing. Beda dengan CIA yang fokusnya untuk menjalankan
kepentingan Amerika diluar. Kembali ke Asymetric Warfare Strategy (AWS) yang
dijalankan CIA merupakan modus AWS ini telah terbukti berhasil di RI saat G30S
dan reformasi 98.
Apabila
dilihat dari hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Amerika Serikat
mengalami pasang surut. Pada masa Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno,
hubungan diplomatik Indonesia-Amerika Serikat renggang karena sikap Amerika
Serikat sering berbenturan dengan Presiden Soekarno. Bahkan Presiden Soekarno
menyerukan pada Duta Besar Amerika Serikat, Jones “go to hell with your aid”
(Wiharyanto, n.d.). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Smith (2003) yang
menyebutkan bahwa Soekarno menutup diri terhadap Amerika. Sehingga Indonesia
menjalin hubungan dengan Cina yang merupakan blok timur. Namun, hubungan
diplomatik Indonesia-Amerika Serikat kembali terjalin terkait dengan masalah
Pembebasan Irian Barat. Perang Dingin yang telah membagi kekuatan dunia menjadi
dua kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, turut serta
mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia. Sebagai negara baru yang tidak
menghendaki adanya imperialisme, maka secara tegas Indonesia mengumandangkan
Politik Bebas Aktif nya.
Politik
Bebas Aktif menunjukkan bahwa dalam kebijakan luar negerinya Indonesia tidak
dipengaruhi dan tidak mendapat intervensi dari blok manapun, baik itu Amerika
Serikat maupun Uni Soviet. Namun, dengan adanya Politik Bebas Aktif tersebut
Indonesia berhak cenderung pada salah satu pihak. Hal tersebut tercermin ketika
Indonesia menghadapi Belanda dalam kasus pembebasan Irian Barat. Ketika
Indonesia meminta bantuan persenjataan militer pada Amerika Serikat, Amerika
Serikat mengabaikan permohonan Indonesia karena Belanda merupakan sekutunya.
Akhirnya, menghadapi penolakan tersebut Indonesia beralih pada Uni Soviet. Uni
Soviet dengan tangan terbuka menolong Indonesia. Uni Soviet membantu Indonesia
dalam pengerahan sukarelawan dan penerjunan darurrat di wilayah Irian Barat.
Bantuan Uni Soviet pada Indonesia tersebut cukup mengkhawatirkan posisi Amerika
Serikat di mata Indonesia. Menghadapi kenyataan tersebut, Amerika Serikat
mendesak Belanda sebagai sekutunya untuk segera berunding dengan Indonesia
untuk membahas mengenai penyelesaian sengketa Irian Barat. Amerika Serikat mengeluarkan
syarat-syarat pada Belanda diamana syarat-syarat yang diajukan Amerika Serikat
tersebut sangat menguntungkan Indonesia.
Saat
itu, Amerika Serikat melihat bahwa di dalam negara RI sedang terjadi pergolakan
politik yang berpotensi menjatuhkan rezim yang berkuasa dan munculnya rezim
baru. Sebelum Amerika mengintervensi Indonesia, Amerika terlebih dahulu
menganalisa keadaan dan posisi rezim berkuasa serta posisi rezim yang
berpotensi untuk menggantikannya. Semua strategi tersebut sangat berkaita dengan
kepentingan Amerika Serikat. Jika rezim yang akan tumbang adalah sekutu
Amerika, maka rezim yang menggantikannya harus juga merupakan sekutu AS. Jika
regim pengganti tidak sejalan dengan kepentingan Amerika, maka operasi AWS akan
diperluas dengan cara membelokan rezim yang akan berkuasa. Amerika Serikat pun
mencari tokoh lain didalam pihak oposisi yang bisa diorbitkan untuk menyaingi
tokoh oposisi terkuat yang dinilai tidak sejalan. Tokoh terkuat itu nantinya
perlahan-lahan akan lenyapkan baik secara langsung (dibunuh/ terbunuh) atau
secara tidak langsung dengan menggerogoti legitimasi moral dan politiknya.
Sejarah
telah mencatat dengan baik bagaimana CIA ikut terlibat langsung berbagai
pemberontakan terhadap kekuasaan Bung Karno. CIA juga membina kader-kadernya di
bidang pendidikan (yang nantinya melahirkan Mafia Berkeley), mendekati dan
menunggangi partai politik demi kepentingannya (antara lain lewat PSI), membina
sel binaannya di ketentaraan (local army friend) dan sebagainya.
Setelah berkali-kali gagal mendongkel Bung Karno dan bahkan sampai hendak
membunuhnya, akhirnya pada paruh akhir 1965, Bung Karno berhasil disingkirkan.
Sebelum
Soekarno memasrahkan pemerintahan Indonesia pada Soeharto, Indonesia tengah
berkutat menumpas G30S/PKI yang beraliran komunis yang merupakan musuh utama
Amerika Serikat. Setelah peristiwa 1 Oktober 1965, secara defacto,
Jenderal Suharto mengendalikan negeri ini. Indonesia pada saat dibawah
kepemimpinan Soeharto sangatlah anti komunis, sehingga pada Pekan ketiga sampai
dengan awal 1966, Jenderal Suharto menugaskan para kaki tangannya membantai
mungkin jumlahnya mencapai jutaan orang. Mereka yang dibunuh adalah orang-orang
yang dituduh kader atau simpatisan komunis (PKI), tanpa melewati proses
pengadilan yang adil. Hal in tentunya sangat
menarik perhatian Amerika Serikat (Wiharyanto, n.d.). Media internasional
bungkam terhadap kejahatan kemanusiaan yang melebihi kejahatan rezim Polpot di
Kamboja ini, karena memang Amerika Serikat sangat diuntungkan.
Hubungan
antara Indonesia dan Amerika ditandai saat Indonesia dilanda krisis yang
mengakibatkan rapuhnya perekonomian Indonesia, maka Amerika Serikat dengan
senang hati memberikan bantuannya pada Indonesia sehingga stabilitas ekonomi
dan keamanan Indonesia dapat ditegakkan (Wiharyanto, n.d.). Selain itu juga
Soeharto beranggapan bahwa Amerika merupakan pihak yang mampu memberikan
bantuan perekonomian yang cukup besar bagi Indonesia (Smith, 2003). Namun, hal
tersebut tidak berlangsung lama. Wiharyanto (n.d) menyebutkan bahwa karena
hubungan Indonesia-Amerika yang berdasar pada kesamaan sikap anti komunis
ternyata tidak sehat. Hal tersebut tercermin setelah berakhirnya perang dingin
dimana kekuatan komunisme dunia telah hancur, maka hubungan Indonesia-Amerika pun
menjadi rapuh. Hal ini terjadi pada di RI saat reformasi 98. Suharto yang
merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di Asia Tenggara dinilai akan
jatuh/tumbang dari jabatannya. Sebenarnya Amerika punya kemampuan untuk
mempertahankan Suharto, akan tetapi dengan naik secara drastisnya nilai tukar
dollar Amerika terhadap rupiah inilah yang menyebabkan inflasi besar-besaran
sebagai salah satu pemicu Soehato melepaskan jabatannya. Selain alasan tersebut
yag menyebabkan Amerika tidak dapat mempertahankan Soeharto sebagai sekutunya
yaitu Amerika Serikat menilai Suharto bukan lagi "asset" yang layak
dipertahankan. Suharto saat itu sudah terlalu dekat dengan kelompok Islam.
Amerika menilai kedekatan dan hubungan Suharto dengan Islam sudah sangat dalam
dan dapat membahayakan. Maka Amerika mengambil sikap untuk menyingkirkan
Suharto dan mempercepat kejatuhannya. Ameika Serikat sangat paham bahwa
kekuatan utama Suharto adalah ABRI. Menjatuhkan Suharto harus terlebih dahulu
menghancurkan ABRI utamanya TNI AD. Ameika Serikat juga paham bahwa kekuatan
inti TNI AD ada pada Kopassus.
Kopassus
yang pada saat itu dikuasai oleh Prabowo Subianto yang juga menantu Suharto.
Sebab itu Ameika Serikat pertama-tama melalui AWS akan hancurkan kopassus.
Kesempatan Ameika Serikat menghancurkan Suharto, TNI AD, dan Kopassus mendapatkan momentum yang tepat
karena isu HAM terkait penculikan aktivis-aktivis kiri. Saat itu tokoh-tokoh
reformasi juga mengusung isu penegakan HAM melalui tuntutan proses hukum dan
keadilan terhadap para pelakunya.
Namun,
kepentingan Ameika Serikat dan operasi AWS CIA di RI tidak semata-mata hanya
hancurkan Suharto tetapi juga TNI dan Prabowo. CIA tidak menghendaki Prabowo
muncul ke permukaan dan menggantikan kedudukan Suharto. Ameika Serikat dan CIA
sudah mengetahui persis orientasi politik Prabowo. Kedekatan dan hubungan dekat
Islam dengan Suharto sejak era awal 90an dirintis dan pelopori oleh Prabowo
sebagai menantu Suharto.
Hubungan
yang dekat antara Suharto dan kelompok Islam menjadi pintu masuk untuk kekuasaan
yang lebih besar bagi Habibie melalui ICMI nya. Sedangkan Prabowo sukses
mendudukan jendral-jendral kelompok Islam dalam berbagai posisi strategis di
tubuh TNI. Kekuasaan Prabowo berhenti membesar ketika Tien Suharto meninggal.
Akses Prabowo ke suharto dihalang-halangi Tutut Suharto yang terpengaruh agenda
Hartono cs. Singkatnya, Prabowo pada saat itu mendapatkan labeling
pro Islam oleh Amerika dan CIA. Posisi Prabowo dinilai sama dengan posisi
Suharto.
Singkatnya,
melalui
asymetric warfare strategy, CIA atau Amerika Serikat berhasil
menjatuhkan Suharto, menghancurkan Prabowo dan mendelegetimasi Amien. Amerika Serikat
melalui CIA dan AWS nya berhasil juga mendudukan SBY sebagai presiden RI.
Tokoh-tokoh yang kurang sejalan dengan Amerika Serikat tak akan direstui
berkuasa. AWS itu sendiri adalah bentuk intervensi Amerika Serikat ke
negara-negara tertentu seperti RI dengan cara memanfaatkan, menunggangi dan
memanipulasi kekuatan-kekuatan formal dan informal di Indonesia agar
menjalankan agenda dan misi politiknya secara sadar dan sengaja ataupun secara
tidak sadar. Infrastruktur politik seperti partai, ormas, kelompok profesi,
ulama, kelompok penekan, kelompok kepentingan, pers/media, LSM, mahasiswa dst
secara halus dan tidak disadari, CIA membuat opini, isu, penggalangan massa dan
operasi gerakan tanpa disadari oleh para tokoh atau pelaku.
Saat ini
Amerika Serikat tidak melihat adanya urgensi dan kebutuhan untuk ikut
campur/intervensi dalam politik domestik RI, rezim SBY adalah rezim sekutu
Amerika Serikat. SBY sendiri sangat patuh dan selalu jaga kepentingan Amerika
Serikat di Indonesia. Bahkan SBY akui Amerika Serikat sebagai negara keduanya.
Oleh sebab itu, jangan bermimpi Amerika Serikat akan ikut mendorong kejatuhan
SBY meskipun misalnya rakyat sudah sangat tidak puas atau kecewa pada
SBY.Gerakan-gerakan yang berkembang dimasyarakat sekarang ini murni dari
kekuatan lokal dan akan sulit untuk menjatuhkan SBY meskipun ada isu BBM
sebagai pintu Trigger atau pemicu eskalasi
gerakan demo juga seperti jatuhnya korban dari pihak demonstran juga akan
sulit, karenz SBY sudah perintahkan kepada aparat agar menghadang gerakan
demonstrasi tanpa senjata dan peluru.
Pada era
ini, Amerika Serikat masih tak henti-hentinya mencampuri
urusan dalam negeri Indonesia. Setelah banyak melakukan intervensi atas nama
HAM serta masalah penanggulangan terorisme, kini mereka kembali ikut campur
dengan menuntut agar Indonesia mencabut pelarangan aliran sesat Ahmadiyah. Sebuah
panel bipartisan pemerintah Amerika Serikat mendesak Presiden Barack Obama
untuk menekan Indonesia agar mencabut SKB tiga menteri dan berbagai peraturan
daerah yang melarang Ahmadiyah menjalankan ibadah agamanya. Menurut komisi ini,
peraturan yang melarang aktivitas jemaah Ahmadiyah bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar RI, yang menjamin kebebasan beragama. Komisi Kebebasan Beragama
Internasional Amerika (The U.S. Commission on International Religious
Freedom – USCIRF), Senin (7/3/2011), mengatakan bahwa beberapa provinsi di
Indonesia telah mengeluarkan peraturan daerah yang melarang anggota aliran
Ahmadiyah menjalankan ibadah agama mereka secara terbuka, setelah sebuah
insiden penganiayaan brutal yang menewaskan tiga anggota Ahmadiyah di Cikeusik,
Banten bulan lalu.
BAB 3. SIMPULAN
Dalam hubungan
internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua negara di
dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting, salah satunya
adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa Amerika Serikat
adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya adikuasa. Ketika
belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat positif
terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena Amerika
dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. Namun
dalam masa pendudukan tentara Jepang atas Indonesia dalam Perang Dunia 2 Bung
Karno sering berpidato yang kurang positif terhadap Amerika Serikat. Hal itu dimaksudkan
oleh Bung Karno dalam mengamankan bangsa
Indonesia dari tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam.
Latar belakang dari pergolakan sosial politik tersbut sering sebut dengan "intervensi" barat atau Amerika Serikat yang merupakan
sebuah kekuatan politik dominan di dunia. Intervensi barat/ Amerika Serikat itu bisa dalam bentuk intervensi langsung yaitu Amerika Serikat secara aktif
dan terbuka memainkan peranannya dalam sebuah negara. Amerika Serikat dapat memainkan perannya melalui lembaga internasional seperti PBB maupun memainkan peran sebagai dalang dibelakang layar.
Khusus untuk RI, Amerika sudah punya
pola atau modus yang teruji keberhasilannya yaitu Amerika menggunakan strategi intervensi tak langsung. Strategi intervensi
tak langsung atau dikenal dengan nama Asymetric Warfare strategy. Operasi
ini bukan dikomandoi oleh pentagon tetapi CIA atau Central Intellegent Agency
adalah salah satu badan intelejen Amerika yang boleh beroperasi di seluruh dunia di luar Amerika. hubungan Indonesia mulai dari presiden Soekarno sampai presiden
sekaran yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih terlihat harmonis bahkan
sebagai teman.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tvshia.com/indonesia/index.php/makalah/sosialita/418-peran-besar-amerika-dalam-membidani-indonesia [Diakses 7 Mei 2014]
http://pe-ha-ka.blogspot.com/2012/03/makalah-hubungan-kerjasama-indonesia.html [Diakses 7 Mei 2014]
http://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1861/Indonesia%20CDCS%20Final%20Version%20%28Indonesian%29.pdf [Diakses 7 Mei 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar